BANK Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi domestik tetap berdaya tahan, dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi yang tetap terjaga.
Ini tercermin dari berbagai indikator bulan November 2022 dan hasil survei Bank Indonesia, seperti survei keyakinan konsumen penjualan eceran dan purchasing manager index (PMI) manufaktur.
Baca juga:
Kinerja ekspor terpantau kuat didorong oleh ekspor batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), besi dan baja, serta ekspor jasa seiring permintaan beberapa mitra dagang yang masih kuat, serta dampak positif kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah.
Kinerja positif ekspor ditopang terutama oleh sejumlah wilayah termasuk Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi Maluku Papua. Ini sejalan dengan perkembangan lapangan usaha, dimana sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, serta transportasi dan pergudangan yang tumbuh.
"Ini membuat pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi BI kepada 4,5%-5,3%. Sedangkan pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit melambat di titik tengah 4,5%-5,3% pada 2023," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan per Desember 2022, Kamis (22/12).
Di sisi ketahanan eksternal ekonomi Indonesia, transaksi berjalan pada triwulan IV-2022 diperkirakan akan kembali surplus, sejalan dengan kinerja perdagangan yang tetap surplus.
Neraca perdagangan pada bulan November mencatat surplus USD 5,2 miliar, didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama. Kemudian, aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portfolio, secara perlahan terjadi pada November-Desember 2022, meski secara triwulanan hingga 20 Desember masih terdapat net out flow sebesar USD 0,4 miliar.
Posisi cadangan devisa Indonesia (cadev) pada akhir November 2022 meningkat, dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 134 miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kinerja neraca pembayaran Indonesia untuk 2022 diperkirakan tetap terjaga didukung surplus transaksi berjalan yang sekitar 0,4% sampai 1,2% dari PDB, sejalan dengan permintaan terhadap harga komoditas global yang masih tinggi.
Kinerja neraca transaksi modal dan finansial terpantau juga tetap baik, terutama dalam bentuk arus masuk penanaman modal asing sejalan dengan kebijakan hilirisasi dan promosi perdagangan dan investasi yang ditempuh oleh pemerintah.
Kinerja neraca pembayaran Indonesia pada tahun 2023 juga diprakirakan tetap baik, ditopang oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial serta transaksi berjalan yang solid dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB. (OL-6)