Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
DALAM proses peliputan berita, wartawan sering berhadapan dengan istilah-istilah ekonomi yang kompleks. Wartawan pun dituntut harus mampu menjelaskan istilah tersebut dalam tulisan, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
"Istilah yang rumit harus mampu dibumikan. Jangan berpikiran, pembaca akan memahami berita dengan strata pendidikan yang sama," ungkap Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia, Teguh Nirwahyudi.
Saat berbicara sebagai narasumber dalam Capacity Building Jurnalis Ekonomi bagi wartawan yang bertugas di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (20/8), dia menegaskan kepentingan pembaca adalah yang utama.
Teguh mencontohkan ketika menulis berita soal inflasi, wartawan harus mampu menjelaskannya secara singkat dan mudah dimengerti pembaca. Misalnya, uang Rp100 ribu, saat ini tidak bernilai sama untuk membeli barang dalam jumlah yang sama pada minggu depan.
"Jangan kita yang mengerti sendiri, tetapi orang lain, pembaca, juga harus bisa mengerti," tambahnya.
Teguh menekankan dalam menulis berita, wartawan jangan lepas dari
konteks besarnya sehingga teks mendapatkan makna. Misalnya, ketika mendapat data dari BPS bahwa pertumbuhan ekonomi tertolong konsumsi rumah tangga yang masih kuat. "Berita seperti itu tidak hanya berhenti sampai di sana."
Konsumsi rumah tangga, lanjutnya, harus ditampilkan dalam contoh kehidupan nyata. Misalnya, uang Rp200 ribu bisa digunakan untuk membeli apa saja oleh ibu rumah tangga.
Teguh juga mengatakan, wartawan harus tetap membaca buku dan membina
jejaring. Hal tersebut penting untuk menambah pengetahuan wartawan dan
memudahkan kerja-kerja wartawan ketika membuat berita.
Fotografi
Pada kesempatan itu, salah seorang peserta pelatihan, Jati, berbagi pengalaman yang sering dialami wartawan baru. Dirinya langsung ditugasi oleh kantor di lingkungan yang masih baru dan menemukan informasi yang di lapangan.
"Ketika saya tidak paham istilah tertentu, saya akan googling," kata dia.
Peserta yang lain, Lilik mengatakan, pentingnya Bank Indonesia mengadakan pertemuan secara rutin dengan media. Hal tersebut bertujuan agar pengetahuan wartawan bisa lebih dalam, khususnya tentang istilah-istilah ekonomi, terutama yang berkaitan dengan Bank Indonesia.
Selain materi tentang penulisan berita, kegiatan ini juga diisi pelatihan tentang fotografi jurnalistik dengan menggunakan smartphone oleh Ramdani. Kecanggihan kamera di telepon pintar saat ini membuat banyak orang yang beralih menggunakannya untuk memotret.
Namun, Ramdani mengingatkan, smartphone cuma alat. Pengetahuan dan
kemampuan tentang teknik fotografi juga berpengaruh terhadap hasil yang
dihasilkan.
"Semakin paham dengan fitur yang ada di kamera, foto yang dihasilkan akan lebih baik," tegasnya.
Ia pun menyebut, foto bagus bukan dihasilkan dengan kebetulan, tetapi
direncanakan. Untuk menghasilkan foto yang bagus, seorang fotografer sering kali harus sabar menunggu dan mengambil foto dalam jumlah banyak untuk mendapat foto yang diinginkan. (N-2)
Unwiku sedang mempersiapkan pembukaan program Magister Ilmu Hukum, yang saat ini tengah dalam proses akreditasi di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
DUA pekan pascahari raya Idul Fitri atau Lebaran 2025 yakni pada Senin (14/4) harga cabai di Purwokerto, Jawa Tengah masih bertahan di angka yang tinggi.
Untuk mengakomodasi lonjakan ini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menyiapkan kapasitas hingga 260.832 tempat duduk bagi para pemudik sepanjang periode tersebut.
Bazar ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga lebih murah, terutama di tengah fluktuasi harga pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Selain atraksi barongsai, Pasar Imlek The Village juga menyajikan berbagai kuliner khas Purwokerto
Puluhan penganut Konghucu Purwokerto melakukan sembahyang chuxi atau tutup tahun 2575 kongzili menyambut tahun baru Imlek.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved