Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

IHSG Kembali Menguat Setelah Tertatih-tatih Pekan lalu

Despian Nurhidayat
11/7/2022 10:25
IHSG Kembali Menguat Setelah Tertatih-tatih Pekan lalu
Suasana di Bursa Efek Indonesia(dok.Ant)

SETELAH mengalami pelemahan pada perdagangan pekan lalu, Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) hari ini, Senin (11/7) dibuka menguat 0,18% atau 12,39 poin ke posisi 6.752,61. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 0,29% atau 2,77 poin ke posisi 962,45.

Riset KB Valbury Sekuritas mengatakan bahwa IHSG pada hari ini memang diperkirakan bergerak mixed dengan peluang menguat di tengah variatifnya sentimen, baik dari internal maupun eksternal.

"Sentimen dari dalam negeri berasal dari rupiah yang diperkirakan dapat apresiasi dalam pekan ini sejalan dengan pemerintah yang akan mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pekan ini, untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2022," tulis Riset KB Valbury Sekuritas dilansir dari laman resminya.

Target indikatif dari lelang sukuk 12 Juli 2022 ditetapkan senilai Rp7 triliun. Adapun pemerintah mengalokasikan pembelian nonkompetitif sebesar 50% dari jumlah yang dimenangkan untuk seri SPN-S dan 30% dari jumlah yang dimenangkan untuk seri PBS. Pemerintah memiliki hak untuk menjual seri-seri SBSN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari target indikatif yang ditentukan.

Selain itu, pelaku pasar akan menyikapi rencana pemerintah menurunkan pungutan ekspor crude palm oil (CPO). Pajak ekspor CPO sangat fleksibel, namun bukan hal utama dalam membenahi sengkarut industri sawit di Indonesia.

Salah satu pemicu rendahnya harga sawit saat ini adalah pelarangan ekspor yang dilakukan Indonesia beberapa waktu yang lalu. Ketika pelarangan dibuka, pasokan CPO akhirnya banjir di pasar internasional. Sementara itu, Malaysia memanfaatkan momentum pelarangan ekspor CPO Indonesia untuk mengenjot produksi.

Sementara itu, sentimen pasar dari luar negeri beekutat pada pelaku pasar yang masih mencemaskan akan resesi perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berlangsung sepanjang tahun depan. Namun, kondisi perekonomian ini yang dibutuhkan untuk menekan kenaikan inflasi.

Resesi AS kemungkinan akan berlangsung selama empat kuartal, namun tidak dalam, karena itu resesi akan menyerupai bagian yang luas dari mangkuk. Diperkirakan perlambatan ekonomi akan membantu Bank Sentral AS atau the Federal Reserve mendorong laju inflasi ke bawah sambil memberikan waktu rantai pasokan global untuk kembali normal dan memungkinkan harga gas dan minyak turun. (OL-13)

Baca Juga: Presidensi G20 Dinilai Mampu Pulihkan Pariwisata Indonesia



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik