Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
MENTERI Perdagangan Thomas Lembong menyatakan impor gula mentah (raw sugar) tidak akan menyengsarakan para petani tebu. Seluruh hasil panen petani dipastikan akan dibeli pemerintah melalui BUMN.
"Petani tebu sudah kami jamin ada HPP. Petani tidak perlu khawatir dengan impor. Produksi berapa pun sudah dijamin dengan harga HPP akan diserap BUMN," ujar Lembong di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (8/6).
Menurut dia, harga patokan petani (HPP) gula saat ini sebesar Rp9.100 per kilogram (kg) dengan tingkat rendemen 8,5%. Lembong yakin seluruh tebu hasil produksi para petani akan diserap karena bisa dijadikan stok.
Apalagi, dalam empat bulan terakhir harga gula nasional dan global dinilai Lembong sedang melonjak naik. Beberapa negara, seperti Brasil, Australia, dan India juga mengalami lonjakan harga gula di negaranya.
Karena itu, setok dari petani diyakini Lembong akan berguna untuk meredam harga gula di dalam negeri. "Menurut saya, gula bisa disetok karena gak cepat busuk. Kalau ada kelebihan penyerapan bisa disetok. Apalagi dengan keadaan harga gula lagi tinggi begini, kemungkinan bisa dilempar ke pasar untuk meredam harga," tuturnya.
Pemerintah sudah berniat untuk mengimpor 381 ribu ton gula mentah untuk mengkompensasi rendemen PT PN yang menggiling gula mentah. PT PN merasa kapasitas produksinya tidak terpakai penuh, sehingga meminta jatah impor gula mentah.
Sampai saat ini, Lembong mengaku belum mengeluarkan izin impor 381 ribu ton tersebut.
Di kesempatan yang sama, Anggota Komisi VI dari Fraksi PDI-P Ryeke Dyah Pitaloka menilai pemerintah sebaiknya menunda impor gula mentah. Pasalnya, bulan ini hingga Juli sudah masuk masa giling tebu. Dia khawatir adanya impor gula mentah akan memukul para petani tebu karena tidak akan dibeli oleh BUMN.
"Jangan terburu-buru impor. Kalau itu masuk Juni-Juli ini, iti bertepatan dengan masa giling tebu dan akan memukul para petani kita. Saya menolak impor ini juga karena road map-nya belum jelas," cetus Ryeke. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved