Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Daya Beli Masyarakat Masih Kuat di Tengah Tekanan Global

Andhika Prasetyo
08/5/2022 15:00
Daya Beli Masyarakat Masih Kuat di Tengah Tekanan Global
Ilustrasi(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI)

KANTOR Staf Presiden (KSP) menyebut perekonomian Indonesia saat ini dalam kondisi baik meskipun situasi global masih bergejolak.

Hal itu tercermin dari sejumlah indikator yang menunjukkan penguatan di berbagai lini.

Baca juga: Erick Ungkap Transaksi Pasar Digital UMKM Tembus Rp20 Triliun

Tenaga Ahli Utama KSP Edy Priyono mengungkapkan, dari sisi demand, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencatatkan kenaikan selama enam bulan berturut-turut, dan terakhir berada di level 111 atau di zona optimis.

"Ini menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap perekonomian terjaga," kata Edy melalui keterangan resmi, Minggu (8/5). 

Kinerja demand yang positif juga tergambar dari indeks penjualan ritel yang tumbuh 8,6% pada Maret 2022. Menurutnya, pertumbuhan penjualan ritel yang cukup tinggi menjadi hal penting mengingat penopang utama Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah konsumsi rumah tangga. 

"Tren positif pertumbuhan penjualan ritel dan IKK diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekononi di triwulan pertama di 2022," jelasnya. 

Adapun, dari sisi produksi, penguatan terlihat dari keyakinan manajer bisnis di sektor manufaktur yang berada di zona ekspansif di level 51,3 pada Maret 2022.

Selain itu, kinerja positif sisi produksi juga tampak dari utilisasi industri pengolahan yang mendekati level sebelum pandemi, yakni 72,45% pada triwulan pertama tahun ini.

Edy mengatakan keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas perekonomian tidak terlepas dari penanganan dan pengendalian pandemi yang sangat baik. Hal tersebut kemudian memberi pengaruh positif terhadap pemulihan ekonomi nasional. 

Dari lingkup eksternal, Indonesia juga diuntungkan dengan melonjaknya harga komoditas unggulan ekspor yang memberikan dukungan fiskal. 

"Indonesia mencatat surplus neraca dagang 23 bulan berturut-turut. Kombinasi faktor-faktor ini menguatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia, sehingga investasi asing pada triwulan pertama 2022 tumbuh signifikan 31,8% dari tahun sebelumnya," imbuhnya. 

Meski demikian, lanjut Edy, Indonesia tetap harus mewaspadai dampak lanjutan dari perang Rusia-Ukraina, kenaikan harga komoditas, kondisi pandemi covid-19 di Tiongkok, dan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi global. 

Jika kondisi tersebut terus berkelanjutan, kata Edy, dampak negatif berupa kenaikan inflasi pasti akan dialami masyarakat Tanah Air.

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah pun sudah menyiapkan berbagai langkah antisipatif seperti diversifikasi tujuan ekspor maupun sumber impor dan mendorong penggunaan local currency settlement system (LCS) dalam transaksi ekspor impor. Pemerintah juga mendorong efisiensi dan pemulihan industri pengolahan. 

"Pemerintah juga memperkuat perlindungan sosial ekonomi yang lebih tepat sasaran melalui reformasi subsidi dan pembenahan basis data," tandasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik