Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Bisnis Properti sudah Kembali Meningkat

Bayu Anggoro
21/4/2022 22:25
Bisnis Properti sudah Kembali Meningkat
Bincang Properti Pascapandemi bertajuk Investasi Cerdas Generasi Muda secara virtual,(MI/BAYU ANGGORO)

 

PROPERTI menjadi salah satu sektor yang tahan akan terpaan dampak
pandemi covid-19 maupun disrupsi digital. Kendati tingkat penjualannya
menurun, harganya dipastikan terus naik.

Pertumbuhan penjualan rumah tipe menengah pada kuartal IV 2021 tumbuh
11,26% year on year (YoY). Hal ini mengemuka dalam Bincang Properti
Pascapandemi bertajuk Investasi Cerdas Generasi Muda secara virtual,
Rabu (20/4).

Hadir sejumlah narasumber dalam gelar wicara tersebut. Di antaranya Head of Regional Marketing Agung Podomoro Jawa Barat Tedi Guswana, Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Barat Asep Ahmad Rosidin,  Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Boy Iman Nugraha, Ketua Prodi Manajemen FPEB UPI Heny Hendrayati, dan Financial Planner Arindra Mentari Putri.

Asep mengungkapkan, bisnis properti sudah kembali meningkat. Meski dampak pandemi Covid-19 sempat menyebabkan bisnis properti lesu.

"Semua sektor industri kaget akibat pandemi, bukan hanya properti," ucap Asep.

Perihal faktor yang menyebabkan bisnis properti lesu saat itu, menurut
Asep, bukan daya beli masyarakat. Saat jumlah kasus covid-19 tinggi, masyarakat khawatir beraktivitas di luar rumah. Pada saat bersamaan, kebanyakan pegawai perusahaan properti bekerja dari rumah (work from home).

Sementara itu, berlaku kebiasaan masyarakat ingin lebih dulu melihat
lokasi berikut rupa unit saat hendak membeli. "Faktornya, karena tidak
ada titik temu saja, di antara kebiasaan masyarakat itu dengan
kekhawatiran di tengah situasi kasus covid-19 yang tinggi. Istilah saya, saat itu daya beli tertunda, bukan menurun," tutur Asep.

Dia mengungkapkan data dari World Market Research (WMR) bahwa  permintaan properti rumah mendominasi dengan 55%. Tanah menempati
peringkat kedua dengan 12%.

Berdasarkan rentang harga, berada di tingkat Rp500 juta-Rp2 miliar mendominasi, mencapai 57%. Untuk klasifikasi peruntukan, 90%
pembeli merupakan pengguna langsung, dan 10% lainnya investor.

Dari segi rentang usia, kebanyakan pembeli merupakan kelompok 35-45
tahun. Rentang usia tersebut termasuk dalam kelompok milenial (1981-1996) dan angkatan paling muda gen X (1965-1980).

Merujuk data BPS dari Sensus Penduduk 2020, persentase kelompok milenial di Indonesia mencapai 25,87%, atau 69,38 juta jiwa.


Tipe menengah


Mencocokan dengan  penyampaian data dari Asep, angka penduduk milenial itu potensial sebagai target pasar properti.

Heny Hendrayati menyebutkan, secara umum sektor properti tahan banting,
termasuk terpaan dampak pandemi covid-19. Dari berbagai jenis properti,
rumah tipe menengah tampak paling tahan akan terpaan dampak pandemi
covid-19.

Dia menunjukkan data pertumbuhan tahunan penjualan rumah 2021 daripada
2020. Per kuartal empat 2021, rumah tipe menengah tumbuh 11,26%.
Sementara itu, rumah tipe kecil dan yang besar terkoreksi.

"Kalau pun dari segi penjualan lesu, harganya terus naik. Rata-rata
peningkatan nilai 10%-15% per tahun. Sektor properti akan terus menjadi
primadona, mengingat fungsinya sebagai kebutuhan dasar," ucap dia.

Sementara itu, Arindra Mentari Putri menyampaikan sembilan perilaku
generasi milenial menurut survei Alvara Research Center pada Januari
2018. Salah satu di antaranya, tidak harus memiliki. Artinya, selama
bisa menyewa, memiliki barang bukanlan suatu keharusan bagi generasi
milenial.

Padahal, properti bisa bermanfaat sebagai investasi, bukan hanya hunian.

Tantangan generasi milenial, ucap Arindra, yakni fenomena sandwich
generation. Definisi sandwich generation, yakni orang dewasa yang
menanggung biaya dua generasi sekaligus, orangtua beserta anaknya.

Berinvestasi merupakan pilihan solusi menghindari dari sandwich
generation. Apalagi, berdasarkan data, hanya 5,34% penduduk Indonesia
yang sudah memiliki dana pensiun.

Arindra menyampaikan, terdapat sejumlah karakteristik pelaku investasi,
yakni agresif, moderat, konservatif. Investasi properti bisa cocok
dengan karakteristik-karakteristik tersebut.

"Teman terbaik investasi merupakan waktu. Lebih cepat berinvestasi,
makin baik. Dalam berinvestasi, perlu juga memperhatikan angka return
yang di atas inflasi," tutur dia.

Dia menyarankan pengaturan bujet, di antaranya menyimpanan untuk
investasi. Sebanyak 40% dari penghasilan untuk kebutuhan prioritas, 30%
cicilan produk-termasuk rumah dan kendaraan-20% masa depan-mencakup
dana darurat, investasi, asuransi-dan 10% zakat maupun gerakan sosial.


Agung Podomoro Land


Tedi Guswana mengungkapkan, penjualan Agung Podomoro Land mencapai Rp 2,7 triliun pada 2021. Angka itu lebih tinggi daripada target, yakni Rp 2 triliun. Kebanyakan dari angka capaian itu berada di Jawa Barat.

Dia mengungkapkan, masyarakat yang membeli properti dengan pengembang
Agung Podomoro Land mengaku turut berlandaskan motivasi berinvestasi
kesehatan. Hal itu berkaitan dengan konsep properti penawaran pihaknya,
mengedepankan kenyamanan lingkungan, serta one stop living.

"Prinsipnya, kami memenuhi hal yang menjadi kebutuhan masyarakat," ucap dia.

Berdasarkan prediksi, kata dia, kecenderungan masyarakat akan properti,
terutama pascapandemi sangat berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini setidaknya terlihat dari permintaan pasar terhadap properti Podomoro Park Bandung.

"Properti dipandang tidak hanya sebagai investasi keuangan, tetapi
investasi kesehatan. Selain itu, produk-produk hunian saat ini
diharapkan merujuk pada akomodasi kebutuhan masayarakat. Ketidakpastian
pandemi mengubah paradigma terhadap properti dan ini yang harus
dipandang serius oleh pengembang," katanya.

Menurut dia, dua kebutuhan tadi harus terpenuhi. Oleh karena itu,
pascapandemi, pengembang harus melahirkan produk yang jelas-jelas
mementingkan kesehatan. Dimulai dari desain kawasan, fasilitas,
bangunan, hingga bagaimana iklim kawasan dibangun mendukung
produktivitas masyarakat dalam satu lokasi. Selanjutnya, ketidakpastian
dan fleksibilitas menghadapi pandemi menjadikan rumah sebagai tempat
yang paling aman dan bisa jadi paling lama untuk ditinggali.

"Produk yang memiliki open space atau kawasan dengan lingkungan
50% area hijau akan terus diminati. Dari kedua paradigma baru terhadap
properti pascapandemi, Podomoro Park terus optimis untuk bisa memberikan yang terbaik di tahun 2022 dan tahun-tahun berikutnya karena benar-benar memandang kebutuhan masyarakat sebagai yang utama," tuturnya.

Hal yang perlu menjadi perhatian bagi pebisnis properti, ucap Boy, yakni menjaga lingkungan. Penerimaan negara dari pajak properti tak
sebanding dengan pembiayaan atas dampak yang ditimbulkan. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik