Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI tahun ini ditargetkan berubah status menjadi BUMN. Hal ini diperkirakan bakal menjadi satu sentimen positif bagi saham bank syariah berticker BRIS tersebut.
Saat ini lalu lintas transaksi saham BRIS terbilang baik. Mengacu data Indo Premier Sekuritas, sepanjang tahun berjalan (ytd) saham BRIS diperjualbelikan investor dengan nilai Rp1,74 triliun. BRIS pun cukup laku di kalangan investor asing, meski rasionya tidak besar. Rekapitulasi net buy asing sebesar Rp81,81 miliar ytd per penutupan Rabu (9/3).
Pendiri Syariah Saham, Asep Muhammad Saepul Islam, mengatakan bahwa dengan status sebagai bank BUMN akan memberikan keuntungan kepada BSI. Investor dalam hal ini akan melihat fleksibilitas BSI untuk mempertebal permodalan. "Apalagi kalau BSI kemudian membuktikan dapat mengelola modal dengan sangat baik untuk meningkatkan profitabilitas," katanya.
Asep menjelaskan, jika menarik data dari awal tahun saat ini saham BRIS dalam tren naik. Akan tetapi harganya masih diuji pada level Rp1.805 per saham. Dari sisi grafik, harga rata-rata setahun BRIS sebesar Rp1.895 per saham. BRIS harus mencapai level Rp1.900 terlebih dahulu untuk naik lebih jauh. "Kalau itu tembus, boleh jadi itu akan terus naik," ujar Asep memproyeksikan.
Adapun secara fundamental kinerja BSI sangat baik. Pada tahun lalu, bank syariah terbesar di Tanah Air itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 38,42% secara tahunan (yoy) menjadi Rp3,03 triliun. Kinerja impresif BSI juga tercermin dari rasio-rasio penting bank. Tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) BSI naik dari 11,18% menjadi 13,71%. Return on asset (ROA) juga mengalami pertumbuhan dari 1,38% menjadi 1,61%.
Sejalan dengan itu aset bank naik 10,73% yoy menjadi Rp265,29 triliun. Hal ini disokong oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp171,29 triliun atau naik sekitar 9,32% yoy. Bila dirinci, pembiayaan konsumer mencapai Rp82,33 triliun, naik sekitar 19,99% yoy.
Disusul pembiayaan gadai emas yang bertumbuh 12,92% yoy. Pada periode yang sama pembiayaan mikro tumbuh 12,77% yoy dan pembiayaan komersial naik 6,86% yoy. Kinerja positif tersebut masih berlanjut hingga awal tahun ini. Per Januari 2022, BSI mengantongi laba bersih setelah pajak senilai Rp320,3 miliar. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, bank menorehkan pertumbuhan lebih dari 40%.
Pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan BRIS hanya perlu menunggu apresiasi pasar. Terlebih, semenjak resmi berdiri pada 1 Februari 2021 BSI mampu menunjukan kinerja impresif dan melakukan integrasi dengan baik. "BSI pernah sentuh level Rp2.000-an. Artinya harga saat ini masih lebih rendah," katanya.
Investor, menurut Reza, masih menunggu kinerja BRIS pada tahun ini. Apabila bank dapat kembali membukukan pertumbuhan cemerlang, sentimen positif terhadap bank akan semakin kuat.
Hal senada disampaikan oleh President Director of CSA Institute Aria Santoso. Menurutnya, kinerja positif BSI akan mendorong harga saham perseroan ke level Rp2.000-an. Di luar dari kinerja perseroan, Aria menilai BSI memiliki prospek bisnis yang terbuka lebar.
Baca juga: Gandeng Astra Pay, BRI TingkatkanLayanan Digital Secara Cashless
Mengingat fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga menjadi captive market yang sangat menjanjikan bagi pertumbuhan perseroan. "Juga rencana pemerintah memperkuat industri keuangan syariah hingga industri halal nasional akan berpengaruh sebagai peluang meningkatnya aktivitas bisnis dan pertumbuhan nasabah," tutupnya. (OL-14)
PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI) resmi mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, (10/7).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 10 Juli 2025, dibuka menguat 22,35 poin atau 0,32% ke posisi 6.966,27.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
Pasar modal Indonesia masih menghadapi tekanan pada 2025 ditandai pelemahan indeks dan arus keluar dana asing.
Wall Street terguncang setelah Trump umumkan tarif baru hingga 40% terhadap 14 negara. Saham otomotif dan teknologi Jepang-Korea anjlok.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025, dibuka menguat ke level 6865.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved