Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PADA triwulan-IV 2021, angka ekonomi mencetak nilai pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 5,02% (yoy) dibandingkan dengan tren pelemahan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yakni sebesar 3,51% (yoy).
Pertumbuhan pada triwulan-IV 2021 kemudian menghasilkan pertumbuhan keseluruhan PDB Indonesia di 2021 menjadi 3,69% (yoy) atau lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan negatif pada tahun sebelumnya yang sebesar -2,07% (yoy).
"Dengan kata lain, angka pertumbuhan pada triwulan-IV berada pada jangkauan target pertumbuhan pemerintah yakni di antara 3,50% (yoy) hingga 4,00% (yoy)," kata Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, Kamis (10/2).
Melihat ke sisi sektoral, hampir semua sektor mencatatkan pertumbuhan positif yang didukung oleh relaksasi pembatasan setelah selesainya gelombang kedua pandemi.
Dari semua sektor, transportasi dan pergudangan, akomodasi serta aktivitas makanan dan minuman mencatatkan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal ini terkait dengan aktivitas bisnis dan produksi yang kembali berjalan, seiring dengan pelonggaran PPKM, yang kemudian terefleksi dari pertumbuhan PDB untuk masing-masing sektor.
Melihat pada komponen konsumsi rumah tangga, pada tTriwulan-IV 2021 tercatat adanya peningkatan menjadi 3,55% (yoy) tingkat pertumbuhan dibandingkan dengan 1,02% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Peningkatan aktivitas bisnis dan produksi juga dapat terlihat dari peningkatan kebutuhan akan barang-barang impor yang sebagian besar merujuk pada kebutuhan akan bahan baku.
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan positif sebesar 29,6% (yoy) pada triwulan-IV 2021. Nilai tersebut kemudian membentuk keseluruhan pertumbuhan impor tahunan 2021 sebesar 23,3% (yoy).
Pertumbuhan impor yang cukup signifikan di sisi lain tidak memberikan tekanan pada nilai PDB karena dibarengi dengan pertumbuhan ekspor yang jauh lebih cepat.
Pertumbuhan ekspor tercatat sebesar 29,8% (yoy) pada triwulan-IV 2021 dan 24,0% (yoy) untuk nilai keseluruhan di tahun 2021. Adapun pertumbuhan ekspor banyak didukung oleh permintaan pada tingkat global yang mulai pulih serta tren harga komoditas yang terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2021.
Dari nilai yang tercatat baik oleh impor maupun ekspor, secara nominal dapat dikatakan bahwa nilai tersebut bahkan sudah melebihi nilai nominal di tahun 2019 atau periode sebelum pandemi.
Hal ini menggambarkan bahwa ekonomi terus bergerak menuju arus pemulihan setelah pandemi. Di sisi lain, investasi juga mengalami lonjakan yang cukup signifikan dari 3,8% (yoy) di triwulan-III 2021 menjadi 4,5% (yoy) di triwulan-IV 2021 dengan pertumbuhan keseluruhan selama 2021 tercatat sebesar 3,8% (yoy).
Lonjakan besar kasus omikron yang baru dimulai pada akhir Januari memberikan kesempatan pada beberapa indikator untuk tetap tumbuh, mengawali tahun 2022.
Purchasing Manager Index (PMI) yang mengukur tingkat aktivitas manufaktur juga menunjukkan pola peningkatan menjadi 53,7 di Januari setelah terkoreksi sedikit pada periode November ke Desember sebesar 53,5. "Dengan kata lain, pembangunan ekonomi telah dimulai kembali," kata Riefky.
Berbeda dengan negara lain yang saat ini sedang berada di puncak gelombang ketiga atau bahkan sudah melewati puncak kasus, pertumbuhan angka kasus positif covid-19 akibat varian omikron di Indonesia masih berada pada tahap awal.
Data pada 7 Februari menyebutkan bahwa saat ini penambahan kasus harian infeksi covid-19 sudah berada pada angka 27.000 kasus per hari (rata-rata bergerak 7 hari). Angka tersebut diprediksi masih akan terus bertambah hingga puncak gelombang ketiga pandemi yang diperkirakan akan terjadi di akhir Februari 2022.
Tren kasus infeksi covid-19 yang tinggi dikhawatirkan akan mempengaruhi aktivitas bisnis dan manufaktur pada triwulan-I 2022. Mulai dari diberlakukannya kembali pembatasan sosial yang ketat hingga aktivitas produksi yang sementara harus berhenti, dampak dari peningkatan kasus omikron mungkin bisa berbeda namun menuju imbas yang sama yakni melambatnya performa aktivitas sosial dan ekonomi.
"Melihat kembali pada dinamika gelombang ketiga covid-19 di Indonesia, usaha pemulihan yang saat ini berjalan mungkin akan kembali melambat atau bahkan terhenti untuk sementara," kata Riefky. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved