Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
TARIF listrik non subsidi direncanakan akan mengalami kenaikan. Pengamat ekonomi CORE Yusuf Rendy Manilet mengatakan di tahun depan, beberapa kebijakan pemerintah sebelumnya berpotensi mendorong inflasi ke arah yang lebih tinggi. Menaikan harga listrik, akan menjadikan tambahan terhadap potensi kenaikan inflasi menjadi lebih tinggi.
"Bahkan dengan konfigurasi demikian, inflasi berpotensi bergerak di batas atas proyeksi inflasi tahun ini (kisaran 4 persen)," kata Yusuf, Rabu (19/1).
Baca juga: SUN Energy dan Sojitz Dorong Proyek PLTS di Kawasan Industri GIIC
Tentu kenaikan yang cukup tinggi ini berpotensi menekan daya beli masyarakat. Karena tahun 2022 sebenarnya merupakan tahun transisi pemulihan ekonomi. Apalagi ada resiko munculnya varian baru Covid-19 yang dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi. "Jadi saya kira kurang tepat jika kenaikan dilakukan di tahun ini.
Hal yang perlu diperhatikan ialah ketepatan data. kita tahu bahwa penyaluran listrik subsidi, menggunakan data kelompok penerima," kata Yusuf.
Data ini sebelumnya perlu diperbaiki terkait keterbaruannya, ada kelompok yang seharusnya mendapatkan bantuan subsidi tapi karena kesalahan data akhirnya jadi tidak menerima.
"Ini yang perlu diperhatikan, selain potensi tertekannya daya beli, yaitu kelompok yang seharusnya mendapatkan bantuan tapi tidak mendapatkan bantuan," kata Yusuf. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved