Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Saham-Saham IPO Rontok di Hari Pertama, Pertanda Apa?

Fetry Wuryasti
08/12/2021 17:21
Saham-Saham IPO Rontok di Hari Pertama, Pertanda Apa?
Pengunjung memotret harga saham di monitor perdagangan BEI(Antara/Reno Esnir)

SEBANYAK 10 emiten terpantau IPO dalam dua minggu terakhir. Namun bila diamati, tidak sedikit dari mereka yang sahamnya langsung rontok sampai menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB),turun hingga mencapai rentang bawah  -6,7% hingga -6,9%.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan kejadian ini mematahkan paradigma yang muncul di pasar bahwa setiap saham yang IPO pasti akan melejit sahamnya.

Paradigma seperti ini yang yang terkadang membuat investor tidak memperhatikan fundamental dari saham perusahaan tersebut. Apalagi hampir 60% investor di Indonesia sudah merupakan yang ritel.

"Dengan banyak yang sahamnya turun, mungkin saja investor baru belakangan mengkalkulasi layak tidaknya saham dibeli. Ini yang disebut mekanisme pasar. Masing-masing investor punya perhitungan dan persepsi yang berbeda-beda. Yang menjual menganggap saham itu tidak layak, yang membeli melihat saham yang sama masih punya potensi," kata Nico, dihubungi Rabu (8/12).

Harus diakui apapun sahamnya pasti ada mekanisme pasar didalamnya. Maka dibutuhkan kalkulasi untuk mengkalkulasi prospek bisnis perusahaan, potensi valuasi di masa yang akan datang, dan mahal murahnya harga IPO saat ini.

Ini yang menjadi perhatian apakah pelaku sudah menghitung terkait kalkulasi saham A, B, ataupun C pada saat akan melantai. Kalau memang dianggap masih murah, sekalipun bila di hari pertama sahamnya anjlok, tentu pelaku pasar tidak khawatir karena telah punya perhitungan dalam jangka panjang sahamnya akan kembali naik.

Selain itu, pada pelaku pasar yang memang sudah menghitung untuk jangka panjang mengenai prospek bisnis perusahaan, kemungkinan akan tetap menyimpan dan mengakumulasi kepemilikannya, sedangkan bagi investor yang bertujuan jangka pendek, kondisi anjloknya saham seringkali membuat mereka panik dan melakukan cut loss.

"Yang harus diperhatikan ini juga bukan merupakan anomali, tetapi lebih terkait paradigma dan kalkulasi. Harus diubah paradigma investor bagaimana melihat saham-saham yang melantai di pasar modal, dan butuh kalkulasi sejauh mana saham perusahaan layak untuk kita beli karena ada potensi valuasi yang akan datang," kata Nico.

Dihubungi terpisah, Analis Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada juga menyayangkan rontoknya nilai saham perusahaan-perusahaan yang baru IPO secara hampir bersamaan.

Padahal kalau dilihat dari sisi kinerja, emiten-emiten baru itu tidak terlalu buruk walaupun ada juga yang laporan keuangannya kurang baik. Namun dia katakan seharusnya juga tidak terlalu direspon negatif oleh pasar, karena umumnya saham-saham IPO ada kecenderungan mengalami kenaikan di waktu IPO.

"Berarti ada anomali di sini," kata Reza.

Dia contohkan, seperti halnya IPO PT Mitradaya Telekomunikasi Tbk (MTEL), yang memiliki kinerja dan pangsa pasarnya cukup baik, ditawarkan pada harga IPO Rp 800, dimana investor ritel bisa ambil. Lalu seperti PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) yang sahamnya ditawarkan pada harga 3.080, meski sempat turun, hari ini sahamnya berada di level 3.520 per lembar.

"Kalau dibilang kemahalan rasanya juga tidak. Sepertinya lebih kepada investor memanfaatkan momen IPO, untuk melepaskan barang di harga tertentu," kata Reza.

Hanya Dua yang Cuan

Dari rangkuman yang dibuat, tercatat ada 10 perusahaan yang melaksanakan IPO pada rentang (22/11) hingga Rabu (8/12), pada emiten ke 41 di tahun 2021 oleh PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) anak perusahaan Telkom, hingga emiten ke 50 oleh PT Avia Avian Tbk (AVIA), perusahaan cat dan dekoratif. Hanya dua emiten yang mencatatkan keuntungan hingga saat ini yakni Cimory dan WGSH.

Pada saham MTEL terpantau setelah IPO dengan harga Rp 800 per saham, ditutup koreksi 4,38% pada level harga Rp 765 per saham atau di bawah harga IPO. Setelah dua minggu berjalan, MTEL masih bertahan di kisaran level 790.

Kemudian pada emiten ke 42 yaitu PT Perma Plasindo Tbk (BINO), produsen dan distributor alat tulis kantor merk BANTEX, dengan harga Rp 138 per saham, yang sempat menguat 21,01% ke harga Rp 167 per saham hingga akhir perdagangan Kamis (25/11). Hari ini harga sahamnya melandai di level 142, setelah merosot kembali ke harga IPo di level 138.

Pada emiten ke 43 ada PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk, perusahaan pelopor bahan bangunan dengan kode DEPO, dengan harga IPO Rp 482 per saham, sempat menguat ke level 603 (+25,1%). Harga sahamnya perlahan turun ke level 525 (-12,9%) dalam sekitar sepekan.

Pada emiten ke 44 ada PT Cisarua Mountain Dairy Tbk atau Cimory (CMRY) yang mengawali IPO dengan harga Rp 3.080 per saham. Meski sempat langsung jatuh ke 2.885 (-6,3%) di hari pertama, kini gerak sahamnya berada di level 3.520 (+14,28%) dibandingkan harga IPO.

Pada emiten ke 45 ada PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH) perusahaan teknologi venture builder atau pabrik pembuat startup, yang mengawali harga pada level 140 per saham. Kinerjanya masih melejit sejak IPO, yaitu kini berada di level 185 per saham (+31,4%).

Pada emiten ke 46 ada PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP), merupakan perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods dan komoditas agrikultur yang terintegrasi secara holistik dengan memiliki lima lini bisnis yakni livestock, pengolahan daging, peternakan unggas, komoditas, serta konstruksi & energi, yang IPO dengan harga 160. Sahamnya terus merosot dari IPO di Senin (6/12) lalu dan berada di level 152 (-5%).

Pada emiten ke 47 ada Jaya Swarasa Agung Tbk atau Tays Bakers (TAYS), emiten sektor manufaktur dan sub-sektor makanan dan minuman, yang IPO dengan harga Rp 360 pada Senin (6/12), dan kini merosot di level Rp 306 per saham (-15%).

Pada emiten ke 48 PT RMK Energy Tbk. (RMKE) perusahaan bidang pelayanan jasa logistik batubara dan trading batubara, yang IPO dengan Rp 206 per saham pada Rabu (7/12), dan merosot ke level 197 per saham (-4,36%).

Pada emiten ke 49, PT OBM Drilchem Tbk (OBMD) emiten dari sektor basic material yang bergerak di bidang memproduksi bahan aditif untuk mencegah kerugian yang terjadi dalam aktivitas pengeboran dengan menggunakan teknologi serat, IPO pada level Rp 180 per saham. Gerak sahamnya juga merosot ke level 168 atau -6,67% dari IPO pada Rabu (8/12).

Hal serupa juga terjadi pada emiten ke 50 PT Avia Avian Tbk (Avian Brands, Perusahaan Cat dan Pelapis Dekoratif. IPO pada Rabu (8/12) dengan harga Rp930 per lembar saham, sahamnya langsung anjlok ke Rp 865 per saham (-6,99%). (Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik