Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
INDUSTRI jasa di Indonesia tumbuh signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Peranan sektor jasa pada perekonomian nasional juga terbilang besar bila dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
"Sektor jasa itu mempunyai peranan penting karena dia memiliki nilai tambah. Ini yang sangat didorong oleh Kemenko Marves agar industri ini bisa tumbuh dan berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Banyak program yang diluncurkan dalam rangka mendukung tumbuhnya industri tersebut," ungkap Asisten Deputi Bidang Investasi Jasa Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Farah Heliantina saat berdiskusi dengan pewarta di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/12).
Farah tak menampik, pandemi covid-19 turut menghambat beberapa subsektor di bidang usaha jasa. Dia bilang, ada tiga fase yang terjadi pada industri jasa di masa pandemi covid-19. Fase pertama yakni fase terdampak. Pada fase ini industri jasa mengalami kemorosotan tajam akibat pandemi, beberapa di antaranya ialah sektor pariwisata, perhotelan, dan restoran.
Fase kedua yakni fase pemulihan. Pada fase ini, industri jasa bisa menata kembali usahanya dan mengalami pertumbuhan berbalik setelah mengalami dampak di awal-awal pandemi. Beberapa industri yang masuk pada fase ini yaitu industri jasa keuangan, jasa perusahaan, dan jasa perdagangan.
Beberapa jenis usaha jasa itu mengalami hambatan pertumbuhan lantaran sektor amat bergantung pada aktivitas manusia.
Namun Farah juga tidak mengalpakan beberapa subsektor jasa justru mengalami pertumbuhan melesat selama pandemi terjadi. Beberapa industri jasa yang justru bertumbuh di tengah pandemi ialah jasa informasi dan komunikasi, dan jasa kesehatan. Dua sektor jasa itu, kata Farah, berada dalam fase ekspansi. "Jadi jika dilihat ada transformasi kita menuju industri 4.0 dan akselerasi digital karena pandemi, ini sangat berdampak pada sektor jasa tersebut," ujarnya.
Di kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Indonesia Services Dialogue (ISD) Devi Ariyani menuturkan, industri jasa memberikan kontribusi hingga 55% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun kontribusinya yang besar itu justru acap kali luput dari perhatian, padahal potensi untuk berkontribusi lebih besar amat terbuka.
"Jadi ini (kontribusi sektor jasa) jauh di atas sektor manufaktur, agraris, dan pertambangan. Jadi, 55% kontribusi terhadap PDB itu menunjukkan betapa sebenarnya ekonomi kita ini sudah ditopang oleh jasa," imbuh Devi.
"Dari sisi serapan tenaga kerja, 50% tenaga kerja Indonesia itu terserap di jasa. Jadi kalau kita lihat berapa banyak yang terserap di manufaktur itu hanya 12-14%, sementara jasa bisa menyerap hingga 50%," tambahnya.
Devi bilang, untuk mendorong pertumbuhan industri jasa, diperlukan investasi teknologi yang tepat. Terlebih jasa kerap melekat pada tiap kegiatan ekonomi. Namun sayangnya tak seluruh komponen jasa masuk ke dalam neraca tersendiri.
"Investasi di bidang jasa itu diperlukan. Karena tanpa itu, kemampuan pelaku usaha dalam mengadopsi teknologi menjadi terbatas. Yang juga penting adalah reformasi kebijakan yang mendukung untuk pertumbuhan sektor jasa," kata Devi.
"Apalagi sekarang ini jasa sudah mulai digitaly deliver services. Artinya untuk men-deliver service itu tidak perlu bertemu, tapi sudah bisa dilakukan secara digital. Misal ruang guru. Oorang tetap bisa belajar meski tidak tatap muka. Jadi sekarang makin banyak pelayanan yang di-deliver dengan digital technology," pungkasnya. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved