Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Tantangan Instabilitas pada Kesenjangan Akses di Masyarakat

Fetry Wuryasti
31/8/2021 15:00
Tantangan Instabilitas pada Kesenjangan Akses di Masyarakat
Executive Secretary UN-ESCAP Armida Alisjahbana(MI/ROMMY PUJIANTO)

EXECUTIVE Secretary UN-ESCAP Armida Alisjahbana mengatakan tantangan utama dari instabilitas, khususnya pembangunan secara keseluruhan. Bagaimana stabilitas tetap diperlukan dan mempercepat reformasi struktural sehingga bisa mempercepat pemulihan ekonomi dari krisis pandemi secara bersama-sama. 

Instabilitas beberapa tantangan dari kawasan Asia Pasifik, secara rata-rata salah satunya indikator pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 mulai pulih, dan diperkirakan tumbuh menjadi 5,9% di akhir tahun. Kawasan Asia Tenggara sebagian besar di 2022 belum bisa pulih kembali dari economic output ke level potential output, meski beberapa negara mendekat. 

Baca juga: Jokowi: Sinyal Pemulihan Ekonomi Global sudah Sangat Terasa

"Salah satu upaya yang bisa mempercepat pemulihan yaitu bagaimana penciptaan kesempatan kerja. Sebab selama pandemi di Asia Pasifik mengalami 140 juta pekerjaan hilang dan 24 juta pekerjan di Asia Tenggara selama pandemi 2020," kata Executive Secretary UN-ESCAP Armida Alisjahbana, dalam paparan di Seminar Nasional Kongres ISEI XXI 2021, Selasa (31/8).

Demikian juga kemiskinan di Asia Pasifik meningkat terhadap sebanyak 89 juta orang dengan pendapatan per kapita US$ 1,9 per hari. Kemiskinan juga meningkat terhadap 158 juta orang dengan pendapatan per kapita US$ 3,2 per hari, dan juga berdampak kepada 172 juta orang dengan pendapatan US$ 5,5 per kapita per hari. 

Pandemi mengajarkan bahwa penduduk dan negara sangat rentan terhadap gejolak yang disebabkan dari krisis non-economic, seperti pandemi Covid-19 dan bencana alam, dan perubahan iklim. 

Kemudian, hanya mengandalkan pemulihan ekonomi tidak menjamin pertumbuhannya akan stabil untuk jangka panjang. Sehingga yang harus dituju adalah model pertumbuhan ekonomi yang tahan/ resilient, inklusif, dan keberlanjutan, melalui pemulihan ekonomi ramah lingkungan. 

Lalu, tantangan kebijakan yaitu melebarnya gap inequality yang mengancam kohesi sosial dan stabilitas. Kemudian disrupsi struktural akibat transformasi pasca pandemi yaitu percepatan digitalisasi. Tantangannya, perbandingan melihat antara negara maju dan negara perkembangan, bagaimana membuat digital bisa mempersempit kesenjangan akses terhadap pendidikan, keuangan, bekerja jarak jauh. 

"Dimana di negara berkembang, progres digitalisasi belum bisa sepenuhnya memfasilitasi kesenjangan tersebut dibandingkan negara maju," kata Armida.

Vice President Asia Development Bank (ADB) Bambang Susantono melihat beberapa negara sedang mengalami lonjakan Covid-19 untuk kesekian kalinya bahkan ada yang kesekian bahkan ada yang kelima kalinya.

"Ini terjadi di tempat saya di Manila Filipina sedang melonjak kasus harian Covid-19 lebih dari 20 ribu, kemudian Australia, dan lainnya. Jadi, memang ada lonjakan kembali," kata Bambang.

Semua negara sepakat bahwa diperlukan percepatan vaksinasi meskipun kecepatannya tidak sama antar tiap negara. Masih banyak negara-negara yang mengalami kesulitan akses vaksin.

Indonesia termasuk negara yang memiliki akses untuk vaksin. Sehingga trend ekonominya kini mulai pulih mendekati periode sebelum Covid-19. Indonesia termasuk lebih cepat pulih ekonominya dibandingkan dengan India dan Filipina, masih jauh dari tren perbaikan.

"Jadi kondisi di berbagai negara bervariasi," kata Bambang.

Namun perlu diwaspadai pemulihan ekonomi dunia yang K-shape, dimana negara-negara dengan akses digital terbuka lebar, akan bisa lebih cepat pulih ekonominya melalui digitalisasi keuangan. Sebaliknya, negara yang mengalami kendala atau terhambat digitalisasinya maka kemungkinan akan tertinggal.

"Kesenjangan antara keduanya yang membuat pemulihan ekonomi K-shape perlu diwaspadai. Karena ternyata ada potensi negara-negara yang yang kurang mendapat akses digital dan vaksinasi, kondisi negaranya justru bisa lebih buruk daripada sebelum pandemi," kata Bambang. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik