Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
DIREKTUR Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Novie Riyanto mengungkapkan Indonesia masih kesulitan untuk menerbangkan pesawat udara bertenaga listrik. Setidaknya ada tiga tantangan yang dia jabarkan atas permasalahan tersebut.
Pertama, pesawat udara listrik yang dikembangkan dunia saat ini menggunakan ukuran baterai yang besar, sehingga menjadi lebih berat jika dibandingkan dengan pesawat udara dengan mesin berbahan bakar fosil atau konvensional.
Baca juga: Menko Airlangga Ungkap Kontribusi Industri Sawit dalam Pemulihan Ekonomi
"Tantangan kedua ialah teknologi baterai yang berkembang saat ini (di Indonesia) belum mampu digunakan untuk jarak tempuh pesawat yang jauh dan waktu penerbangan yang lama," jelas Novie dalam Focus Group Discussion (FGD) virtual dan Peluncuran Perdana Air Power Magz bersama Pusat Studi Air Power Indonesia, Rabu (18/8).
Selain itu, teknologi baterai yang digunakan atau diproduksi di Indonesia dianggap belum dapat digunakan untuk menghasilkan kecepatan setara dengan pesawat udara yang menggunakan bahan bakar fosil.
"Kami sebagai regulator akan bekerja terus untuk bisa menfasilitasi dan meregulasi ketentuan internasional dalam pengembangan pesawat udara bertenaga listrik ini. Pasalnya, beberapa negara berlomba untuk hasilkan pesawat udara listrik yang andal dan efisien," kata Novie.
Dia mencontohkan pesawat bertenaga listrik mana saja yang sudah dan akan melakukan uji coba penerbangan. Seperti pabrikan magniX mengembangkan eCaravan yang menggunakan badan pesawat Cessna Grand Caravan. Pesawat itu memiliki kekuatan 750 horsepower dan bisa diisi kapasitas 4-5 orang. Sertifikasi dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk pesawat itu akan didapat pada akhir tahun ini.
Berikutnya ada perusahaan kedirgantaraan Amerika Serikat, Lockheed Martin, NASA yang mengembangkan pesawat listrik, X-57 Maxwell. Pesawat ini memiliki bobot seberat 3.000 pon. Kecepatan jelajah pesawat ini, kata Novie, mencapai 172 mph di ketinggian 8.000 kaki dan pesawat listrik lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menuturkan, Indonesia bisa menggunakan pesawat N219 yang merupakan karya anak bangsa sebagai pesawat udara listrik yang bisa diterbangkan.
"Kami mendorong pengembangan N129. Kami pikirkan pesawat ini memiliki potensi yang baik dengan SDM dirgantara yang mumpuni. Upaya ini bisa jadi terobosan yang luar biasa bagi Indonesia yang merupakan sebuah negara besar dengan kemajuan teknologi yang tinggi," pungkasnya. (Ins/A-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved