Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MENDAPATKAN kredit perbankan merupakan impian bagi masyarakat prasejahtera. Mereka tidak memiliki agunan untuk diagunkan ataupun usaha yang bisa digunakan untuk meyakinkan pihak perbankan agar mengucurkan kredit.
Namun lain halnya saat mereka bertemu dengan bankir pemberdaya sebutan bagi community officer dari bank BTPN Syariah, yang fokus melayani keluarga prasejahtera produktif. Tanpa agunan asalkan memiliki usaha mereka bisa mendapatkan kredit. Hal itu diakui Purwanti, 65, warga Tembaleng, Jawa Tengah, pemilik usaha keranjang belanja plastik anyaman.
Berawal dari pertemuannya dengan bankir pemberdaya Yulianto yang saat itu masih bekerja untuk PT Bank Sahabat Purba Danarta sebelum kemudian diakuisisi oleh BPTN Syariah. Yulianto saat itu menawarkan kredit modal kerja bagi Purwanti.
Tawaran kredit tersebut, apalagi disertai dengan pendampingan usaha, tidak disia-siakan oleh Purwanti. Berawal dari kredit sebesar Rp2 juta, Purwanti dan sang suami Purwanto, berhasil mengembangkan usaha mereka. Dari satu pasar tradisional, pasangan suami istri itu kini menyuplai tas keranjang plastik anyaman ke empat pasar tradisional di sekitar Semarang. Untuk bisa memproduksi permintaan tersebut dia kini dibantu oleh empat orang karyawan.
"Saya sudah enam kali mendapat pinjaman modal. Dari yang pertama dua juta dan terakhir mendapat pinjaman Rp49 juta,” tutur ibu tiga anak itu dengan bahasa Indonesia bercampur Jawa saat ditemui di rumahnya, di Tembalang, Semarang Selatan, Kamis (3/6).
Dari usahanya tersebut, Purwanti mampu membeli beberapa bidang tanah, membangun rumah produksi, menyekolahkan anak-anak dan cucunya hingga perguruan tinggi, bahkan membangunkan rumah untuk anaknya yang tinggal di Jakarta. "Saya juga membeli mobil untuk mengantar dagangan," ujarnya.
Purwanti terus berusaha menggapai mimpinya dengan bantuan bankir pemberdaya yakni untuk menjejakkan kakinya di tanah suci. Dia juga ingin ada anaknya yang bisa meneruskan usahanya saat ini.
Mimpi untuk mendapatkan hidup yang lebih baik bahkan bisa naik kelas juga tengah dirajut ibu-ibu keluarga prasejahtera di Desa Tambaksari Rowosari Kabupaten Kendal.
Dengan bimbingan bankir pemberdaya BPTN Syariah mereka terus mengembangkan usaha meski di tengah tekanan situasi ekonomi yang berat akibat pandemi covid-19. Ada yang membuka usaha makanan dan minuman, bandeng presto, pindang tongkol, ternak lele dan lainnya.
Sriyati, 55, misalnya, kini telah memiliki usaha bandeng presto yang cukup besar setelah mendapat pinjaman awal Rp2 juta. Setiap hari dia mampu memproduksi 60 keranjang bandeng presto yang dipasarkan ke beberapa kabupaten di Jawa Tengah. "Paling sedikit saya memproduksi 60 keranjang bandeng presto. Saya jual Rp65.000 per keranjang," tutur Siryati saat ditemui di rumah produksinya.
Saat ini, setidaknya di Semarang, sekitar 230 ribu ibu dari keluarga prasejahtera tengah merajut asa dengan bimbingan para bankir pemberdaya BPTN Syariah. Mereka terhimpun melalui program Tepat Pembiayaan Syariah dari BTPN Syariah.
Menurut Yulianto, yang kini menjadi Distribution Head 2 BTPN Syariah Wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Kalimantan, pihaknya mengajak ibu-ibu dari masyarakat prasejahtera yang belum memiliki harapan dan mimpi untuk memiliki harapan dan mimpi, dan meraihnya seperti untuk memiliki rumah, membiayai anak sekolah, sampai naik haji.
"Kami mengajak mereka untuk memulai usaha. Kami juga akan bantu berdayakan dan kami dorong untuk terus berkembang," paparnya.
Bisnis Coach Semarang 2 BTPN Syariah, Wahyu Sri Utami mengakui bankir pemberdaya menjadi garda terdepan dan ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada para nasabah dan menyalurkan pembiayaan. Dalam perjalanannya, mereka bukan hanya sekedar menawarkan kredit melainkan juga menjadi sahabat, bahkan tempat keluh kesah bagi ibu-ibu yang dilayani.
Untuk memudahkan bankir pemberdaya menjalankan tugas, kata Ayu, panggilannya, BPTN Syariah menyediakan berbagai fasilitas seperti wisma, sepeda motor dan dan alat kerja berupa tablet. Masing-masing bankir pemberdaya terebut kata dia mengasuh 20--25 sentra dengan jumlah nasabah sekitar 300 orang. Adapun, nasabah yang dilayani hampir 100% perempuan.
Head Communication BPTN Syariah Ainul Yaqin mengatakan pihaknya menyalurkan dana yang didapat dari nasabah funding hampir 100% untuk memberdayakan keluarga prasejahtera. Dia menuturkan nasabah funding yang dikelola BPTN Syariah lebih fokus untuk mendukung keluarga prasejahtera.
"Kami mengelola keterlibatan emosional dan keterlibatan transaksi nasabah funding dengan baik," ujarnya. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved