Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) menyatakan akan siap membawa pengacara dalam menghadapi Brasil. ‘Negeri Samba’ melaporkan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dengan klaim Indonesia telah melakukan diskriminasi impor terhadap produk daging sapi mereka.
“Kita akan bawa pengacara ke Jenewa langsung. Hari ini kan kita menghadapi Brasil soal daging sapi,” ucap Direktur Perundingan Multilateral Kemendag Jully Paruhum Tambunan di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (12/4).
Menurut dia, tahap yang sedang dilaksanakan saat ini ialah konsultasi antara Indonesia dan Brasil. Bila tetap tidak bisa diajak kompromi, Brasil akan membawa Indonesia ke level persidangan di WTO.
Jully mengatakan pihaknya memiliki waktu 60 hari sejak Brasil melaporkan Indonesia ke WTO pada 4 April 2016. “Dia (Brasil) masih minta kita menjelaskan kenapa produk daging mereka tidak bisa masuk ke Indonesia. Mudah-mudahan nanti hasil konsultasi kita tutup dengan saling pengertian.”
Mantan Duta Besar RI untuk WTO Erwidodo menilai Indonesia harus memiliki alasan yang kuat jika ingin menang dari Brasil. “Kalau alasan kesehatan hewan, WTO akan mempertahankan kebijakan kita. Kalau tidak, pemerintah harus mengubah aturan tentang impor daging sapi selama ini,” ujar Erwidodo.
Di sisi lain, WTO memprediksi pertumbuhan volume perdagangan di antara negara-negara anggota WTO pada tahun ini akan stagnan dari tahun sebelumnya. WTO memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan tahun ini sebesar 2,8%.
Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo menuturkan kelesuan ekonomi negara-negara anggota WTO yang terjadi pada tahun lalu cenderung akan berlanjut.
“Ini kami hitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota kami, dan ini bisa direvisi kalau angka pertumbuhan ekonomi mereka direvisi,” ucapnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (12/4).
Roberto menyoroti Uni Eropa dan Tiongkok yang diharapkan mengeluarkan kebijakan positif bagi perdagangan dunia lantaran besarnya pangsa pasar ke negara-negara tersebut.
Meskipun demikian, Roberto menilai volume pertumbuhan perdagangan akan mulai naik 3,6%. “Kita harap harga komoditas bisa membaik tahun depan.”
Dalam laporan WTO, sepanjang 2015, pertumbuhan volume perdagangan negara WTO mencapai 2,8% dari 2014. Pertumbuhan ekspor negara-negara maju tercatat 2,6% dan ekspor negara berkembang 3,3% pada 2015. Pada 2015, pertumbuhan impor negara maju 4,5% dan impor di negara berkembang hanya 0,2%. (Jes/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved