Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tiongkok Khawatirkan Risiko Bubble di Pasar Keuangan Global

Fetry Wuryasti
03/3/2021 15:43
Tiongkok Khawatirkan Risiko Bubble di Pasar Keuangan Global
Lanskap perkotaan di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (30/11/2020).(MI/ANDRI WIDIYANTO )

DI tengah kondisi penuh dengan tekanan dari imbal hasil US Treasury yang mulai mereda, Regulator perbankan di Tiongkok menyampaikan kekhawatiran risiko bubble di pasar keuangan global dan sektor properti di Tiongkok. Hal tersebut menjadi dorongan untuk mulai melakukan pengetatan kebijakan.

"Ini juga yang dikhawatirkan oleh pelaku pasar, kalau sudah mulai merasakan tanda akan terjadi bubble, tentu saja pengetatan kebijakan moneter akan menjadi salah satu perhatian regulator," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (3/3).

Baca juga: Dijatuhkan Sanksi Baru, Rusia Minta AS tidak Main Api

Guo Shuqing, Chairman of the China Banking and Insurance Regulatory Commission mengatakan Bubble di pasar Amerika dan Eropa mungkin saja dapat meledak karena adanya aksi unjuk rasa yang berlawanan dengan situasi dan kondisi perekonomian yang ada sekarang sehingga mendorong terjadinya koreksi, cepat atau lambat.

Regulator keuangan di Tiongkok akan berusaha keras untuk menjaga risiko tersebut di Tiongkok sembari menjaga dan mengurangi gangguan atau efek dari situasi dan kondisi dari luar khususnya investor asing.

CBIRC berjanji pada bulan Januari 2022 nanti untuk menjadi yang terdepan dalam penanganan dari risiko sistemik untuk mulai membatasi pinjaman bank terhadap pasar properti, dan pembatasan aktivitas shadow banking.

Kebijakan moneter di Tiongkok sejauh ini belum semudah Amerika ataupun Eropa, akibatnya dengan adanya pernyataan tersebut tentu akan membuat regulator Tiongkok dikhawatirkan akan membuat pengetatan kebijakan moneterlebih lanjut oleh otoritas di Tiongkok.

Sejauh ini Saham di Asia mengalami penurunan, termasuk Dow Futures di Amerika karena komentar panas tersebut. MSCI Asia Pacific Index sudah mengalami penurunan, termasuk di dalamnya Indeks CSI 300 yang turun sebanyak 1,4%, Indeks Hong Kong turun hampir 1%.

Penurunan saham juga diikuti oleh kenaikkan obligasi pemerintah Tiongkok. Regulator akan terus mengawasi pergerakan money flow yang terjadi di Tiongkok, meskipun ekonomi masih mengalami pertumbuhan dan tingkat suku bunga berpotensi menjadi lebih tinggi.

Sejauh ini secara pergerakan nilai dan kecepatan money flow masih terkendali. Regulator keuangan di Tiongkok juga terfokus terhadap fintech, yang dimana Regulator menginginkan bahwa setiap platform yang menggunakan layanan seperti perbankan, harus mematuhi persyaratan modal yang sama dengan pemberi pinjaman konvensional untuk menjaga nilai risiko.

Regulator telah menetapkan tenggat waktu yang berbeda untuk setiap jenis layanan, dengan masa tenggang tidak lebih dari 2 tahun. Guo mengatakan bahwa resiko bubble di pasar properti Tiongkok masih dalam kategori besar, karena banyak masyarakat yang membeli rumah untuk tujuan investasi ataupun spekulasi sehingga memberikan dampak yang sangat berbahaya ke depannya.

Sejauh ini pemulihan ekonomi yang kuat, dikombinasikan dengan kenaikkan kredit ditambah dengan rasa khawatir mendorong optimisme dan antusiasme pembeli properti bertambah banyak meskipun ada batasan batasan yang diberikan.

Sejauh ini para pihak regulator terus melakukan penambahan sejumlah kebijakan untuk menyempurnakan industri ini, termasuk mekanisme baru untuk melakukan pinjaman dari bank untuk pembiayaan real estate dan aturan main tentang jual beli pertanahan untuk menjaga biaya tanah jangan sampai mengalami kenaikkan.

Pemerintah Tiongkok juga melakukan intervensi, sedikit banyak untuk menjaga rasio yang diinginkan oleh pemerintah.

"Dampaknya bagi Indonesia, kami melihat dampak ini baru sebatas efek dari sebuah komentar namun menjadi sebuah alarm ke depannya untuk berhati hati dan bersiap. Namun secara kenyataan, kami melihat selama likuditasbdalam sistem keuangan masih terjaga ditambah dengan tidak adanya PSBB ketat seperti bulan Maret 2020 silam, tentu perekonomian masih akan terjaga kedepannya," kata Nico.

Pernyataan Guo mencerminkan adanya rasa khawatir, namun belum tentu akan menjadi kenyataan. Tiongkok sudah membuat langkah langkah untuk mengantisipasi hal tersebut.

"Kami melihat Tiongkok menginginkan pasar keuangan yang relatif stabil untuk menjaga proses pemulihan dari Covid 19. Stabilitas keuangan akan menjadi tujuan dari regulator Tiongkok ke depannya. Efeknya hari ini tentu saja pasar kemungkinan akan mengalami penurunan," kata Nico. (Try)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya