Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
GUBERNUR Bank Indonesia sudah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan, tujuan utamanya adalah untuk membantu memulihkan ekonomi dari pandemi covid-19 dan menstabilkan mata uang rupiah.
Namun penurunan suku bunga BI tidak dibarengi dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Alhasil apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga tidak berjalan sesuai dengan regulasi yang diinginkan oleh gubernur BI.
Baca juga: Konsumen Indonesia Semakin Cashless, Tertinggi di Asia Tenggara
"Dengan tidak diturunkannya suku bunga kredit perbankan, membuat Bank Indonesia kecewa dan mengharapkan agar perbankan baik plat merah maupun swasta mengikuti dengan menurunkan suku bunga kredit sesuai dengan apa yang di lakukan oleh Bank Indonesia dengan menurunkan suku bunga acuan," kata Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, Rabu (24/2).
Apabila perbankan tidak menurunkan suku bunga kredit maka masyarakat atau pengusaha akan terbebani dengan bunga yang tinggi. Sehingga masyarakat dan pengusaha enggan untuk meminjam dana di perbankan.
Konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat akan berjalan apabila perbankan menurunkan suku bunga kredit, karena variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
"Oleh karena itu perbankan harus berkomitmen untuk terus menjadi mitra bisnis strategis pemerintah dalam kaitannya dalam penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya diharapkan mampu mengerek permintaan kredit secara nasional," kata Ibrahim.
Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat tipis 8 poin di level Rp 14.085 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.092.
"Sinyal positif data eksternal kurang didukung dengan data Internal mengakibatkan penguatan mata uang garuda tertahan," kata Ibrahim.
Kondisi internal yang kurang mendukung antara lain penurunan suku bunga BI Rate yang tidak serta merta dilanjutkan dengan penurunan suku bunga perbankan. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved