Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
SEBAGAI negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia sejatinya punya peluang besar mengembangkan ekonomi berbasis syariah. Sayangnya, potensi itu belum tergarap dengan baik.
Itu sebabnya, pemerintah belakangan mulai kembali gencar untuk mengembangkan perekonomian syariah. Apalagi di tengah bayang-bayang resesi ekonomi globak saat ini, akibat pandemi covid-19. Mengembangkan ekonomi syariah bisa menjadi alternatif yang baik.
Baca juga: Pengembangan Ekonomi Syariah Butuh Komitmen
Diungkapkan Guru Besar Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran, Dian Masyita, selain memiliki potensi besar yang didukung populasi Muslim terbesar di dunia, ekonomi syariah nasional yang bertumpu pada sektor riil juga memiliki daya tahan tinggi, khususnya dalam menghadapi situasi krisis.
Hal ini dikarenakan sektor tersebut diperuntukkan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat banyak,danmemiliki multiplier effec yang luas, termasuk menyerap tenaga kerja."
"Selain itu, ekonomi syariah juga tidak memikirkan keuntungan semata, tapi juga mematuhi prinsip-prinsip syariah, seperti menghindari riba, gharar (ketidakjelasan), maysir (berjudi/spekulasi) dalam bertransaksi, serta menjunjung tinggi keadilan dan semangat saling membantu satu sama lain," ujar Dian Masyita dalam konferensi pers virtual, Sabtu (12/12).
Namun demikian, masih banyak tantangan yang harus diatasi. “Khusus untuk sektor keuangan syariah, rendahnya tingkat literasi dan inklusi masyarakat masih menjadi tantangan besar. Khusus bagi pasar modal syariah, masih minimnya jumlah dan variasi produk yang diterbitkan oleh para pelaku industri menjadi salah satu hambatan utama. Masih banyak tugas bersama yang harus diselesaikan di 2021,” tambah Dian.
Menurut laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2020 yang dikeluarkan Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD) dan Refinitiv, kata dia untuk pertama kalinya sejak laporan ini dikeluarkan di 2012, Indonesia menduduki peringkat kedua dari 131 negara yang dievaluasi oleh kedua lembaga tersebut berdasarkan 10 indikator utama, termasuk pengetahuan, tata kelola, CSR, dan kesadaran. Tahun lalu, Indonesia menempati urutan keempat setelah Malaysia, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Peluang itu pun coba dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan asuransi, salah satunya PT Prudential Life Assurance. Mereka meluncurkan dana investasi (fund) PRULink Syariah Rupiah Multi Asset Fund. Inovasi itu merupakan dana investasi campuran berbasis syariah dengan mata uang rupiah yang memberikan akses kepada nasabah terhadap investasi yang lebih stabil dengan diversifikasi aset-aset syariah dalam negeri (sukuk) dan luar negeri (saham) untuk imbal hasil yang lebih optimal dalam berbagai kondisi ekonomi.
Menurut Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia, Nini Sumohandoyo, semakin beragamnya kebutuhan dan tujuan investasi, serta profil risiko masyarakat Indonesia menjadi landasan bagi Prudential Indonesia untuk senantiasa berinovasi menghadirkan berbagai pilihan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, baik yang berbasis konvensional maupun syariah. Selain menjawab kebutuhan nasabah, PRULink Syariah Rupiah Multi Asset Fund diluncurkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah yang memiliki potensi sangat besar.
“Pandemi telah membuat 83% masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya mengelola keuangan dan semakin berhati-hati dalam melakukan pengeluaran untuk mempersiapkan dana bagi masa depan mereka. Mengelola keuangan dengan baik sangat penting untuk memperkuat ketahanan keuangan keluarga, khususnya dalam bersiap menghadapi situasi tidak terduga, sehingga membantu masyarakat mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan mereka," cetus Nini.
"Itu sebabnya melalui produk ini menjadi wujud komitmen kami untuk menjawab kebutuhan finansial masyarakat Indonesia yang terus berkembang, sekaligus sebagai bagian dari strategi kami menyenangkan nasabah serta mendukung pertumbuhan ekonomi syariah nasional,” imbuhnya.
Novi Imelda, Chief Investment Officer Prudential Indonesia menambahkan prioduk itu sebagai strategi investasi mereka menempatkan dana nasabah pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), atau Sukuk, yang aman dan dijamin negara dengan risiko default nol, serta di saham-saham luar negeri yang memenuhi prinsip syariah. Produk inis angat sesuai bagi nasabah dengan profil risiko moderat sekaligus memaksimalkan potensi pasar modal syariah.”
“Alokasi aset PRULink Syariah Rupiah Multi Asset Fund dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, dengan alokasi aset0-79% pada ekuitas syariah global, 0-79% pada pendapatan tetap syariah, dan 0-20% pada kas, deposito dan/atau instrumen pasar uang termasuk reksadana pasar uang syariah,” ujarnya. (RO/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved