PMI Manufaktur di Level Ekspansif

DESPIAN NURHIDAYAT
02/12/2020 04:20
PMI Manufaktur di Level Ekspansif
Peserta pelatihan kerja mengoperasikan mesin berbasis manufaktur di Balai Latihan Kerja (BLK) di Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/03/2020(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama.)

KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) menyebut Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November 2020 yang menembus level
ekspansif 50,6, atau naik hampir tiga poin jika dibanding dengan Oktober di angka 47,8.

Lonjakan PMI manufaktur Indonesia yang dirilis IHS Markit tersebut didorong oleh peningkatan produksi karena pesanan bertambah signifi kan selama tiga bulan terakhir, terutama karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Jakarta pada Oktober.

“Ini merupakan kabar gembira dari sektor industri. Kenaik an PMI merupakan indikasi ekonomi, khususnya sektor industri, mulai berekspansi menjelang akhir tahun dengan indeks di atas 50,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, kemarin.

Kemenperin mengapresiasi sektor manufaktur dalam negeri yang ulet dan mampu memanfaatkan peluang untuk bangkit dengan dukungan pemerintah.

“Kami berupaya mempertahankan posisi ekspansi, bahkan meningkatkan angkanya di tahun depan seiring dengan program vaksinasi dari pemerintah,” ujar Sigit.

Kemenperin, lanjut dia, akan terus mendorong pelaksanaan kebijakan strategis untuk mendukung pemulihan industri nasional, sekaligus mewujudkan industri yang maju dan berdaya saing, salah satunya lewat program substitusi impor 35% pada 2022.

Pertumbuhan industri nonmigas sepanjang 2020 diperkirakan masih akan terkontraksi, tetapi dengan perbaikan pertumbuhan di angka 2,2%.

“Dengan asumsi pandemi covid-19 sudah dapat dikendalikan serta vaksin sudah tersedia, dan aktivitas ekonomi mulai pulih, pertumbuhan sektor manufaktur diproyeksikan mencapai 3,95% pada 2021,” kata Sigit.

Saat menanggapi hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada November 2020, Bernard Aw selaku Kepala Ekonom IHS Markit mengatakan perpindahan ke PSBB transisi memberi dorongan bagi manufaktur Indonesia pada pertengahan triwulan IV 2020.

“Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan rekor tertinggi produksi di tengah laporan meluas tentang pembukaan kembali pabrik dan peningkatan permintaan. Permintaan baru juga kembali meningkat meskipun laju peningkatan hanya pada kisaran marjinal,” paparnya.

Menurut Bernard, keberlanjutan kenaikan PMI akan bergantung pada pemulihan permintaan yang lebih kuat.


IHPB meningkat


Di kesempatan berbeda, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga perdagangan besar (IHPB) pada November 2020 yang mengalami kenaikan 0,47% jika dibandingkan dengan Oktober.

“Ini utamanya dipicu oleh kenaikan komoditas pertanian antara lain ayam ras, telur ayam ras, kelapa sawit, tomat, kubis/kol, daging ayam ras, dan minyak goreng,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam paparannya, kemarin.

Sektor industri menyumbang andil sebesar 0,16% dan sektor pertambangan dan penggalian tidak menyumbang andil yang signifi kan.

“Kalau dikelompokkan berdasarkan sektor, kenaikan 0,47% tersebut untuk komoditas pertanian infl asinya tertinggi 1,69% dan andilnya 0,31%. Utamanya kenaikan IHPB 0,47% akibat andil komoditas pertanian,” katanya. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya