Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ASOSIASI Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan pendapatan industri asuransi jiwa yang menurun, dari Rp118,3 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp72,57 triliun pada semester I 2020 atau mengalami kontraksi sebesar 38,7% karena terdampak pandemi covid-19.
"Di tengah ekonomi melambat karena pandemi, industri asuransi tetap komitmen turut menyejahterakan masyarakat dan mendorong ekonomi nasional," kata Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon ketika memaparkan kinerja asuransi jiwa secara virtual, kemarin.
Ia memaparkan, penurunan paling tajam terjadi pada hasil investasi yang menurun 191,9%, dari Rp22,82 triliun pada semester I 2019 menjadi negatif Rp20,97 triliun.
Namun, lanjut dia, apabila kinerja secara kuartal tahun ini dibedah, kinerja hasil investasi pada kuartal II 2020 yang mencapai negatif Rp20,97 triliun itu membaik jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 yang mencapai negatif Rp47,04 triliun.
Penurunan signifikan hasil investasi itu, sambung Budi, akibat kondisi pasar modal Indonesia yang kurang kondusif selama semester I 2020 dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 22,9%.
"Kinerja investasi dalam industri asuransi sangat dipengaruhi portofolio investasi yang terkait ekonomi makro, termasuk pasar modal," katanya.
Penurunan lain juga dikontribusikan pendapatan premi yang menurun 2,5% pada semester I 2020 jika dibandingkan dengan semester II 2020, dari Rp90,25 triliun menjadi Rp88,02 triliun.
Rincian pendapatan premi itu terdiri atas premi bisnis baru (turun dari Rp54,56 triliun menjadi Rp53,12 triliun atau turun 2,7%) dan premi lanjutan (turun dari Rp35,68 triliun menjadi Rp34,91 triliun atau turun 2,2%).
Nilai total aset juga mengalami penurunan menjadi Rp493,99 triliun dari Rp550,19 triliun atau turun 10%.
AAJI juga mencatat total uang pertanggungan semester I 2020 mencapai Rp4.055 triliun atau naik 1,4% dari semester I 2019 mencapai Rp3.997 triliun.
Sementara itu, total polis menurun 8,1%, dari 17,6 juta menjadi 16,1 juta polis dengan total tertanggung yang juga menurun 1,4%, dari 59,59 juta pada semester I 2019 menjadi 58,75 juta pada semester I 2020.
Investasi saham
Di kesempatan terpisah, Direktur Keuangan Great Eastern Life Indonesia Fauzi Arfan melihat munculnya tren nasabah yang membeli produk asuransi unitlink, terutama pada investasi saham untuk jangka panjang. Karena itu, saat harga saham sedang turun seperti saat ini, ia menyarankan para nasabah tersebut justru menambah dana di saham mereka.
"Karena dengan uang yang lebih sedikit, mereka mendapatkan jumlah unit yang lebih banyak. Pola itu terjadi. Gelombangnya pada saat terjadi penurunan harga saham saat ini, banyak nasabah yang justru top up," kata Fauzi dalam webinar Perkembangan Asuransi Jiwa 2020, kemarin.
Karakteristik penempatan dana di saham itu, sambungnya, selalu mudah berubah. Namun, jika melihat tren 10 tahun ke belakang, investasi di saham selalu memberi return yang positif. "Jadi gonjang-ganjing sesaat seperti saat ini bukan kali pertama membuat harga saham turun dalam," ujarnya. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved