Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Menimbang Manfaat 1 Jam Tambahan

15/3/2016 07:10
Menimbang Manfaat 1 Jam Tambahan
(Ilustrasi)

SEBUAH tradisi tahunan di negara empat musim, daylight saving time (DST), mulai berlangsung pada akhir pekan kemarin.

Tradisi itu masih berlangsung di sekitar 70 negara yang mengalami penambahan dan pengurangan waktu siang hari ketika musim panas dan musim dingin datang.

Karena itu, ada kesepakatan untuk memajukan--biasanya--1 jam waktu resmi pada musim panas dan memundurkan dalam jangka waktu yang sama ketika musim dingin.

Setiap tahun pada awal penerapannya berlangsung, akan ada banyak peringatan tentang efek yang terjadi pada kesehatan dan produktivitas karena hilangnya waktu 1 jam tidur.

Namun, ada satu hal yang harus dilakukan ketika DST tiba, yakni memperhatikan portofolio yang dimiliki atas tanda-tanda jatuhnya pasar.

Sejak 2007, indeks S&P 500 rata-rata mengalami penurunan 0,24% setelah akhir pekan DST berlangsung, yakni akhir minggu pertama musim semi.

Angka itu jauh lebih besar daripada penurunan rata-rata 0,03% pada akhir pekan umumnya.

Itu terjadi pada penutupan pasar di Jumat hingga Senin.

Jadi, efek dari percepatan atau perlambatan waktu dapat tertangkap.

Sebuah penelitian pada 2000 menunjukkan pola sama dari bursa saham dengan hasil signifikan lebih buruk selama akhir minggu DST berlangsung.

Para peneliti berpendapat bahwa banyak dari penurunan terjadi karena para trader mengalami kurang tidur dan gangguan umum lain yang disebabkan perubahan waktu.

"Besarnya efek DST sekitar 200%-500% dari efek akhir pekan biasa, baik secara statistik maupun ekonomi secara signifikan di beberapa pasar keuangan internasional," tulis peneliti.

"Di Amerika Serikat saja, efek DST menyiratkan kerugian sekitar US$31 miliar dalam satu hari di bursa NYSE, AMEX, dan NASDAQ."

Menurut berbagai sumber, penghematan waktu awalnya merupakan sebuah cara untuk penghematan energi selama Perang Dunia I.

Idenya ialah dengan menambahkan 1 jam siang hari pada jangka waktu setengah tahun di kalender, penggunaan bahan bakar pada malam hari akan menjadi lebih sedikit.

Memang, studi Departemen Energi AS menunjukkan adanya penurunan 0,03% per tahun penggunaan energi rumah tangga karena DST.

Efek lain yang terjadi di pasar terlihat dari adanya DST pula.

Seorang profesor dan penulis buku Spring Forward: The Annual Madness of Daylight Saving Time, Michael Downing, mengatakan praktik DST masih berlangsung berkat dunia bisnis--khususnya Kamar Dagang AS--yang selalu mendukung berlangsungnya DST setiap ada usaha penghapusan.

"Kamar Dagang AS mengerti, jika Anda memberikan pekerja lebih banyak sinar matahari, pada akhir hari mereka akan sempat berhenti dan berbelanja di perjalanan pulang," kata Downing pada WNYC. (Rivi Satrianegara/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya