Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Ubah Dahulu Paradigma Publik

Irene Harty
15/3/2016 06:20
Ubah Dahulu Paradigma Publik
(Ilustrasi---MI)

INDONESIA, meski berupa negara kepulauan, moda transportasi jalan atau daratnya punya peran signifikan dalam menopang mobilitas orang dan barang. Ia menjelma menjadi salah satu aspek vital dalam gulir perekonomian nasional.

Kondisi itu bukan tanpa konsekuensi. Kepala Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan, Yusuf Nugroho, mengatakan kurang lebih 88% bahan bakar minyak (BBM) digunakan moda transportasi darat. Bahkan, bila ditambah dengan kemacetan dan hambatan lainnya, pemakaian BBM moda transportasi darat mencapai 93%.

Tingginya konsumsi BBM itu--yang sebagian dipenuhi lewat impor cukup merisaukan di tengah upaya pemerintah menghemat BBM sekaligus mendorong pemakaian energi yang lebih ramah lingkungan.
“Perbaikan traffic management, pelayanan transportasi umum, demand side management, dan efisiensi energi, usaha-usaha itu terus dilakukan pemerintah,” ungkapnya dalam diskusi di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, baru-baru ini.

Salah satu wacana lain yang sudah lama muncul, tapi lantas timbul tenggelam, ialah penciptaan mobil yang digerakkan energi listrik. Yusuf mengamini kendaraan berenergi listrik perlu dikembangkan agar dapat mengurangi polusi udara dan suara.

Namun, menurutnya, riset yang dikembangkan belum dapat menjawab kendala pada baterai mobil listrik. “Kita masih menggunakan litium dan belum ada evaluasi lebih dalam mengenai limbah baterai nantinya.”

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Darat dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Sigit Irfansyah, berpendapat kendaraan listrik belum aplikatif di Tanah Air. Harga jual yang mahal, jangkauan jarak, dan kecepatan yang rendah merupakan faktor-faktor penghambat.

“Masyarakat Indonesia masih suka menggunakan sepeda motor untuk perjalanan 200 km. Masih suka dibawa mudik untuk pamer di kampung,” tuturnya.

Agar kendaraan listrik dapat diterima, ia menilai khalayak perlu lebih dulu mengubah paradigma. Perubahan paradigma itu dapat dilakukan dengan menanamkan penggunaan kendaraan listrik untuk first mile dan last mile dari perjalanan yang ditempuh. Cara lain ialah menerapkan penggunaan sepeda motor untuk jarak sampai 20 km.


Jalan kaki

Ketua Program Pascasarjana Sosiologi FISIP UI Raphaella Dewantari Dwianto mengatakan kondisi ekonomi dan geografis menentukan akses mudah transportasi atau sebaliknya. Baginya, transportasi suatu negara dikatakan efisien jika jarak berbanding lurus dengan waktu tempuh. Bukan seperti di Indonesia, perjalanan diukur dari waktu tempuh.

Direktur Pengelolaan Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dasrul Chaniago, menyebutkan kendaraan listrik memang baik untuk lingkungan. Walakin, akan lebih baik lagi jika jarak pendek juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Itu menjadi catatan pula bagi pemerintah untuk memperhatikan fasilitas pejalan kaki yang masih amburadul. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya