Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Potensi Premi Asuransi Rp189 T

Teguh Nirwahyudi
14/3/2016 04:40
Potensi Premi Asuransi Rp189 T
(Ilustrasi)

DI saat kondisi perekonomian masih bergerak lamban, kalangan industri asuransi optimistis raihan premi mereka akan tetap bertumbuh.

Apabila pada 2015 total premi industri asuransi mencapai Rp146 triliun, tahun ini diprediksi melonjak 30% menjadi Rp189 triliun.

Berdasarkan catatan AAJI pendapatan premi asuransi jiwa Indonesia menempati urutan ke-34 dunia. Akan tetapi, dari tingkat penetrasi asuransi, Indonesia berada di peringkat ke-73 dunia.

"Kalau penetrasi tersebut bisa didorong ke kisaran 4%-5% dari produk domestik bruto (PDB), Indonesia bakal masuk 10 besar dunia dari sisi perolehan premi," kata Ketua AAJI Hendrisman Rahim di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Chief Marketing Officer of PT Zurich Topas Life Heru Gunadi, jika dilihat dari PDB, penetrasi asuransi di Tanah Air baru sekitar 2,4%.

Namun, apabila diukur dari populasi, penetrasi berada di level 3,8%-4%.

"Oleh karena itu, Heru berharap perusahaan asuransi berupaya lebih intensif lagi memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya berasuransi," kata Heru Gunadi seusai penyerahan hadiah bagi nasabah pemenang undian produk Maha Cita Protection di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/3).

Data Bank Dunia menunjukkan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong pesat. Pada 2003 jumlah penduduk kelas menengah di Nusantara hanya 37,7% dari populasi.

Namun, pada 2010 populasi kelas itu mencapai 134 juta, atau 56,5% dari total populasi.

"Pangsa pasar asuransi sangat besar. Itu mendorong kami menawarkan produk untuk segmen menengah ke atas," ujar Heru.

Produk asuransi yang diluncurkan awal Oktober 2015 tersebut, lanjutnya, dalam dua bulan sudah menggaet lebih dari 2.000 nasabah.

"Tahun lalu, kontribusinya baru 30% dari total penerimaan premi. Kami perkirakan hingga akhir tahun ini bisa 60%. Masyarakat sebenarnya menyadari pentingnya memiliki asuransi. Mereka memiliki dana menganggur, tetapi belum mendapat referensi produk yang sesuai kebutuhan," ungkap Heru.

Heru mengakui, salah satu produk andalan pihaknya itu fokus pada empat hal, yakni pendidikan, pensiun, warisan, dan gaya hidup.

"Sebagai produk unit link (kombinasi antara proteksi dan investasi) bisa memberi hasil optimal karena investasi dimulai sejak tahun pertama sebesar 50% dari premi dasar."

Untuk menggarap segmnen pasar itu, pihaknya mengandalkan 20 ribu agen pemasaran.

"Segmen ini ialah golongan berpendidikan yang memiliki uang, tetapi juga butuh layanan purnajual yang baik."


Asuransi mikro

Di sisi lain, setelah menerbitkan 16 peraturan turunan dari UU No 40/2014 tentang Perasuransian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menginisiasi pemasaran produk asuransi mikro untuk melebarkan pasar asuransi.

"Kami berharap industri asuransi dapat meningkatkan penetrasi dengan menggarap pasar lebih luas lagi," tandas Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Nonbank OJK, Firdaus Djaelani, beberapa waktu lalu.

Target utama pemasaran produk asuransi mikro ialah golongan masyarakat berpenghasilan tidak lebih dari Rp2,5 juta per bulan.

Selain fitur dan admi-nistrasinya sederhana, produk mudah diperoleh dan harganya ekonomis, penyelesaian santunan asuransi mikro pun tidak berbelit. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya