MELAMBUNGNYA harga kebutuhan pokok seperti beras, gula, telur, daging ayam, cabai merah, dan bawang merah di beberapa daerah, selain memicu inflasi, menurunkan daya beli masyarakat.
Padahal, daya beli masyarakat yang stabil diyakini mampu menggerakkan perekonomian secara masif. Efek selanjutnya dapat mengerek pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal itu terungkap seusai pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Gubernur BI Agus Martowardojo di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.
"Ada kesan pemda lamban mengatasi lonjakan harga pangan. Selain tugas Bulog, pemda bisa mengendalikan harga lewat operasi pasar untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Pemda mesti menstabilisasi harga pangan, jangan naik turun. Ini akan menjadikan Indonesia termasuk negara dengan inflasi rendah, di bawah 5%," kata Bambang.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 sebesar 4,71%, atau melambat jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, 5,14% (Media Indonesia, 6/5).
Menurut Kepala BPS Suryamin, salah satu faktor penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi ialah turunnya secara signifikan seluruh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga. "Sudah begitu, konsumsi pemerintah juga mengalami penurunan."
Gubernur BI menambahkan, mengendalikan harga pangan penting agar daya beli masyarakat tidak tergerus akibat terseret inflasi. "Ketidakstabilan harga pangan juga memicu spekulasi dan penimbunan. Kami melihat ada kesempatan mencapai inflasi sesuai target 4% plus-minus 1% dengan koordinasi pemerintah pusat, BI, dan pemda."
Di daerah seperti Lembata, Bima, Pangkalpinang, dan Medan harga bawang merah, telur, dan cabai merah sudah naik sejak sebulan terakhir. Sebelumnya harga bawang merah sekitar Rp25 ribu per kg, tetapi kini Rp30 ribu. Harga telur naik dari Rp1.100 per butir menjadi Rp1.250. Lalu harga cabai merah naik dari Rp25 ribu per kg menjadi sekitar Rp30 ribu.
Realisasi investasi Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung Ina Primiana sepakat apabila pemerintah ingin menstabilkan harga pangan, daya beli masyarakat harus dipertahankan.
"Pertumbuhan ekonomi juga bergantung pada pengeluaran rumah tangga. Oleh karena itu, pasar dalam negeri harus diberdayakan," ujar Ina.
Dalam situasi perekonomian yang abnormal seperti kini, lanjut Ina, krisis tidak hanya terjadi di Indonesia. Pemerintah tidak bisa berharap banyak dari ekspor. "Itu pentingnya menggerakkan pasar domestik dengan mempertahankan daya beli. Untuk mempertahankan daya beli, jangan ada kenaikan harga pangan yang berdampak inflasi."
Menko Perekonomian Sofyan Djalil meminta setiap kementerian bergerak cepat menyerap anggaran untuk menggerakkan mesin ekonomi. "Di sisi lain, pemerintah berupaya mempercepat realisasi investasi. Investasi yang kurang moncer juga mengganjal pertumbuhan ekonomi." (Fat/Wib/PT/RF/X-4) [email protected]