Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Peningkatan Kasus Covid-19 Bisa Picu Sentimen Negatif

M. Iqbal Al Machmudi
18/8/2020 07:30
Peningkatan Kasus Covid-19 Bisa Picu Sentimen Negatif
Seorang relawan siap menerima suntikan vaksin covid-19 di Research Centers of America (RCA) Hollywood, Florida, Kamis (13/8).(AFP)

PENINGKATAN penularan covid-19 di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat (AS) diperkirakan bakal memicu sentimen negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan 3.

"IHSG berpeluang melemah pada perdagangan pendek pekan depan dengan support di level 5178 sampai 5119 dan resistance di level 5218 sampai 5300," kata Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee,  melalui keterangan tertulis, Senin (17/8).

"Masih naiknya data infeksi covid-19 di dunia dan beberapa negara membuat pasar cukup hati-hati. Saat ini ada 21 juta lebih kasus dan menewaskan 770 ribu orang. AS sendiri mencatat ada 5,5 juta kasus dan menewaskan 172 ribu orang," tambahnya.

Kebuntuan pembahasan stimulus fiskal di Kongres AS memicu sentimen negatif terhadap pasar keuangan global. Masih banyak perbedaan antara partai Republik dan Demokrat dan menjadi lebih sulit karena mendekati pemilu AS.

"Kedua partai tentu ingin rancangan paket yang menguntungkan dan menaikkan popularitas kandidat mereka. Bila tidak terjadi kesepakatan dalam jangka pendek akan menjadi sentimen negatif bagi pasar," ujar Hans.

Pelaku pasar mencermati pertemuan pejabat senior dari Tiongkok dan AS melalui konferensi video untuk meninjau kesepakatan perdagangan fase 1 yang ditandatangani kedua negara pada Januari. Hal ini terjadi di tengah hubungan diplomatik yang memburuk antara kedua negara, perkembangan pembahasan akan menjadi sentimen yang menggerakkan pasar.

Data klaim pengangguran AS untuk pertama kali turun di bawah 1 juta semenjak pandemi covid-19 mulai merebak. Hal ini menunjukkan perbaikan data biarpun terjadi peningkatan kasus covid-19. Tetapi masih adanya 28 juta orang lebih yang menerima cek pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja dan ekonomi AS masih lemah.

Hans menyebutkan data ekonomi yang keluar cukup variatif tetapi masih jauh di bawah data sebelum pandemi corona baru. Data penjualan ritel Tiongkok yang lebih buruk dari harapan memberikan indikasi momentum perbaikan ekonomi negara tersebut melambat.

Selain itu, negara-negara di Eropa mulai mengkhawatirkan gelombang kedua covid-19. Adanya kasus baru di beberapa negara memicu kekhawatiran langkah lockdown terbatas akan mengganggu pemulihan ekonomi kawasan.

"Langkah Inggris menambah lebih banyak negara dalam daftar karantina menjadi sentimen negatif bagi pasar. Hal ini mungkin mendorong langkah yang sama dilakukan negara-negara lain untuk menghalangi penyebaran pandemi covid-19 dan membalas serta memberikan perlakuan yang sama. Hal ini dapat mendorong kemunduran perekonomian," jelas Hans.

"Sementara faktor dalam negeri, pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Paripurna DPR/MPR tidak terlalu direspons pasar. Nampaknya asumsi ekonomi yang disampaikan sudah diprice-in atau sesuai harapan pasar. Terlihat harapan pemulihan ekonomi di tahun 2021 dari asumsi data makro dalam pidato Presiden," pungkasnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya