Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Pelaku Industri Didorong Tingkatkan Perjanjian Internasional

Heryadi
15/8/2020 15:42
Pelaku Industri Didorong Tingkatkan Perjanjian Internasional
Direktur Utama PT PPI Fasika Khaerul Zaman (kanan) dan buyer asal Prancis, menandatangani perjanjian di Jakarta.(Dok.PPI)

PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI sebagai salah satu BUMN yang bergerak di bidang perdagangan internasional mendukung para pelaku industri untuk meningkatkan ekspor dan perjanjian di kancah internasional.

"Sesuai dengan arahan Presiden (Joko Widodo), para pelaku industri harus meningkatkan ekspor dan juga meningkatkan perjanjian dengan negara-negara luar negeri yang bisa mendongkrak ekspor," ungkap Direktur Utama PT PPI Fasika Khaerul Zaman dalam keterangan resmi, Sabtu (15/8).

Fasika mengatakan untuk mendukung para pelaku industri go international, PPI memiliki Graha Ekspor yang difungsikan sebagai showroom produk-produk milik sendiri, juga produk-produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan komoditas Indonesia yang sudah siap menembus pasar dunia.

Selain itu, lanjut Fasika, bekerjasama dengan mitra di Singapura, PPI akan membuka Representative Office (RO) di Negeri Singa itu sebagai salah satu langkah pengembangan dan penetrasi PPI di luar negeri.

RO di Singapura akan menjadi RO keempat PPI setelah Tiongkok, Mesir, dan Taiwan. Selanjutnya, PPI akan menambah RO yang berlokasi di Dubai untuk terus mempertahankan eksistensi PPI dan memperluas pasar internasional.

Pembukaan RO ini telah berhasil mendukung ekspor komoditas perkebunan Indonesia. Misalnya, PPI sudah beberapa kali melakukan ekspor kopi ke Mesir, Taiwan, dan Tiongkok. Dalam waktu dekat ini, komoditas kopi grade 1 yang dihasilkan para petani kopi di Jawa Barat, Bali, dan Sulawesi, akan diekspor ke Prancis.

Komoditas lainnya yang telah memasuki pasar ekspor adalah  tepung kelapa kering (desiccated coconut) dan arang batok (coconut charcoal) yang sudah beberapa kali diekspor. Berdasarkan data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan pada 2019 menunjukkan ekspor arang kelapa Indonesia termasuk di dalamnya coconut charcoal sebesar 188,05 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai US$145,09 juta.

Arang batok merupakan salah satu produk yang menghasilkan nilai jual tinggi dan menjadi komoditas ekspor yang menjadi komoditas primadona Indonesia dengan berbagai manfaat.

Komoditas lainnya yang terus digenjot ekspornya adalah buah nanas. Dalam empat setengah tahun terakhir, ekspor buah nanas meningkat signifikan signifikan sekitar 31,27% atau rata-rata 8,65% per tahun. Ekspor buah nanas ini meningkat setelah pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program terobosan yang sangat strategis. Pangsa ekspor nanas juga lebih besar jika dibandingkan komoditas buah lain.

"Peluang ini akan PPI manfaatkan dengan baik dan mudah-mudahan dalam waktu yang tak lama lagi akan segera terealisasi ekspornya," tandas Fasika. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya