Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
AWAL abad ke-21 seharusnya menjadi waktu saat terjadi perubahan sistem pekerjaan yang selama ini dianggap tidak bersahabat bagi para pekerja.
Jadwal fleksibel dan jam kerja ramah keluarga semesetinya diraih para pekerja di periode ini.
Namun, kenyataannya, kaum millennial, atau generasi yang menginjak usia dewasa di awal 2000, malah menjadi orang-orang yang tidak memiliki toleransi terhadap waktu di luar pekerjaan mereka.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan.
Sebuah jajak pendapat terbaru yang dilakukan Alamo Rent A Car, Oklahoma, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa lebih dari separuh generasi millennial ialah orang-orang yang merasa bersalah jika mereka mengambil cuti atau tidak bekerja di masa seharusnya mereka bekerja.
"Sebanyak 60% generasi millennial mengaku malu atau bersalah jika mengambil cuti. Jika dibandingkan dengan generasi di atas 35 tahun, hanya 40% yang merasakan hal serupa," ujar pemimpin penelitian Cait DeBaun.
Rasa bersalah itu, ucap DeBaun, muncul karena komentar-komentar tidak sedap yang datang dari rekan kerja serta atasan mereka.
Sebanyak 42% generasi millennial, menurut survei itu, juga mengejek kolega yang mengambil masa cuti.
Sementara itu, untuk para pekerja di atas 35 tahun, hanya 24% yang melakukan hal itu.
"Mereka akan diejek jika cuti. Masalahnya, mereka menganggap itu sebagai hal serius daripada bercanda," tutur DeBaun.
Bangun setiap pagi dalam realita seperti itu jelas melahirkan sifat sinisme di masyarakat.
"Generasi millennial ini susah melihat rekan kerja bersenang-senang saat cuti. Mereka akan membuat rekan kerja yang mengambil cuti merasa bersalah juga karena hal itu."
Dengan kondisi seperti saat ini, ia melanjutkan, masyarakat dipaksa untuk hidup dalam budaya kerja yang penuh penyiksaan.
Di AS, empat dari 10 warga negaranya memilih tidak mengambil cuti mereka.
"Jumlah pekerja di AS yang mengambil masa cuti tahunan semakin berkurang, dan mulai turun drastis sejak 2009," papar DeBaun.
Sebuah inisiatif untuk mengembalikan kesadaran para pekerja menggunakan hak cuti mereka pun digiatkan oleh Project: Time Off, sebuah perusahaan wisata di AS.
"Sudah begitu lama kita tidak melihat masa cuti sebagai sebuah penghormatan terhadap para pekerja," ucap Direktur Project: Time Off, Gary Oster.
Dengan melupakan masa cuti, ungkap Oster, masyarakat kehilangan ikatan kuat dengan keluarga dan teman-teman mereka. (CNBC/Andhika Prasetyo/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved