Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Sentimen Positif Dorong Penguatan Rupiah

Adi/Fat/X-7
08/3/2016 09:12
Sentimen Positif Dorong Penguatan Rupiah
(MI/Ramdani)

Nilai tukar rupiah menguat ter­hadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, kemarin. Rupiah ditutup menguat 47 poin atau 0,36% ke level Rp13.084 per dolar AS. Penguatan rupiah itu disebabkan sentimen positif negara lain kepada Indonesia.

"Soal penguatan rupiah, saya yakin itu perkembangan regional nega­ra di luar yang memberikan sinyal sentimen positif kepada Indonesia," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo seusai rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR, kemarin.

Penguatan rupiah, kata Agus, diikuti dengan cadangan devisa Indonesia yang naik. Cadangan devisa pada akhir Februari 2016 tercatat US$104,5 miliar, lebih tinggi US$2,4 miliar ketimbang posisi akhir Januari 2016 sebesar US$102,1 miliar.

"Tadi diumumkan, cadangan devisa yang bulan lalu terlihat di 102 (US$102,1 miliar), sekarang di 104 (US$104,5 miliar). Dalam banyak hal, ini peran dari penerimaan devisa hasil migas dan juga penarikan pinjaman pemerintah," jelas Agus.

Penguatan rupiah, masih menurut mantan Gubernur Bank Indonesia itu, cenderung mendo­rong impor ketimbang ekspor meski tidak sepenuhnya berlaku demikian. Pada kesempatan yang sama, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan penguatan rupiah perlu dijaga terutama setelah Tiongkok melakukan relaksasi moneter. "Ya kita jaga sajalah. Sentimen lagi positif setelah Tiongkok melakukan relaksasi moneter," jelasnya.

Dia juga berharap makroekonomi dipelihara agar jangan sampai sentimen positif berubah lagi. "Makroekonomi kita dijaga agar ja­ngan sampai ada isu-isu yang membuat mereka keluar masuk," tutupnya.

"Tidak statis memang karena negara di dunia bergerak melakukan kebijakan-kebijakan. Ada yang tetap bertahan mendorong tingkat bunga di bawah inflasi sehingga negatif," terang Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Demikian pula tingkat suku bunga yang nyaman untuk aktivitas ekspor tidak selalu harus berada pada level tinggi. Darmin melihat dunia usaha membutuhkan nilai tukar yang relatif stabil.

Di sisi lain, Dirjen Pengelola­an Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan menyata­kan menguatnya nilai tukar ru­piah berdampak kepada pe­nyu­sutan utang pemerintah meski angka pastinya belum ia dapatkan. (Adi/Fat/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya