Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BERDASARKAN penilaian International Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Ranking 2020, peringkat daya saing Indonesia turun ke posisi 40 yang pada tahun lalu sempat bertengger di posisi 32 dari 63 negara.
Sementara, di level Asia Pasifik posisi Indonesia berada di peringkat 11 dari 14 negara. Secara global peringkat pertama daya saing antar negara masih diduduki oleh Singapura.
Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI), Toto Pranoto, mengatakan posisi Indonesia sendiri turun ke peringkat 40 karena ada faktor-faktor.
"Peringkat 40 tersebut Diantara negara Asean, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand," kata Toto saat konferensi press daring, Kamis (16/7).
Posisi Malaysia dan Thailand pun sebetulnya mengalami penurunan. Malaysia pada 2019 peringkat 22 turun menjadi 27 dan Thailand pada 2019 posisi 25 sekarang peringkat 29.
"Tapi Indonesia masih bih baik posisinya dibandingkan dengan Filipina yang berada di ranking 45 dari 63 negara," ujar Toto.
Baca juga : Media Group Luncurkan Televisi Digital Terestrial Magna Channel
Sementara itu, Koordinator Riset IMD WCY Willem Makaliwe, menjelaskan indikator turunnya daya saing Indonesia salah satunya terkait dengan usaha mikro yang terdampak wabah covid, sehingga mengalami lonjakkan pengangguran hingga usaha mikro yang gulung tikar.
Pemerintah dituntut untuk mendukung usaha mikro dan menjadi kajian penting karena pada sub faktor bisnis efisiensi dan teknologi infrastruktur tergolong rendah diperingkat 53 dari 63 negara.
"Efisiensi pemerintah perlu ditingkatkan kembali, terutama beberapa sub faktor menempati peringkat yang rendah," kata Willem.
Faktor lainnya yakni ekspor yang masih rendah di peringkat 58. Padahal pada kuartal I pertumbuhan ekonomi masih bagus padahal negara tetangga sudah menurun bukan efek pandemi, melainkan efek dari ketergantungan dengan Tiongkok.
Sementara pada efisiensi bisnis relatif menurun dengan catatan pada produktivitas tenaga kerja berada di peringkat 44 dan kapasitas perbankan berada di peringkat 58.
"Selanjutnya daya saing infrastruktur masih perlu ditingkatkan terutama berkaitan dengan kesehatan, komunikasi, dan hak cipta," ujarnya.
Medical assistance atau pelayanan medis Indonesia berda di peringkat terakhir, untuk infrastruktur komunikasi berada di peringkat 61. (OL-2)
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus berupaya mendorong intensitas perdagangan demi mengatasi gejolak perekonomian global. Demi memuluskan upaya tersebut, industri maritim logistik juga harus diperkuat.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Menteri-menteri ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto perlu segera dievaluasi terutama terkait kegagalan efek stimulus dan memanfaatkan momentum di triwulan I 2025.
SETELAH membuka sejumlah gerai di Bengkulu, Kraving kini bersiap memperluas jangkauan ke Jakarta dan BSD City pada 2026.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved