Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
ADA sejumlah sektor dan produk lokal yang digenjot pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor nonmigas pada tahun ini.
Sektor dan produk tersebut ialah sektor e-commerce dan produk perhiasan serta kelapa.
Hal itu dikemukakan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong saat berkunjung ke kantor Media Group di Jakarta, Jumat (04/03).
Menurut menteri yang akrab disapa Tom itu, produk perhiasan sudah mulai menyumbangkan nilai ekspor nonmigas sebesar US$5 miliar per tahun atau meningkat 20% setiap tahunnya.
Komoditas kelapa dan produk turunannya dari Indonesia sudah mulai dilirik oleh beberapa negara di Eropa.
"Kami juga ingin meningkatkan ekspor dari sektor usaha kecil menengah (UKM) yang dimasukkan dulu ke ranah e-commerce. Saya maunya UKM Indonesia bisa memiliki pasar di luar negeri lewat e-commerce. E-bay, salah satu e-commerce di AS, hampir seluruhnya adalah UKM yang berjualan ke luar," kata Tom.
Tom menggambarkan tahun lalu total nilai ekspor nonmigas nasional mencapai US$131,7 miliar atau turun 9,77% ketimbang 2014.
Tahun ini, Kementerian Perdagangan optimistis pertumbuhan nilai ekspor produk nonmigas tersebut akan mengalami peningkatan signifikan.
"Bisa naik 2%-3% pada akhir 2016. Target tersebut merupakan target optimistis dan lebih realistis. Saya pikir pada pertengahan tahun ekspor beranjak naik karena kini kita masih menghadapi kontraksi. Target meningkatkan ekspor nonmigas tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Tom.
Ada sejumlah indikator eksternal yang akan mendukung gairah perekonomian Indonesia.
Tom memprediksikan AS mulai menggiatkan impor dari Tiongkok.
Selain itu, IMF sudah menetapkan mata uang Tiongkok masuk sebagai mata uang kelima dunia.
"Ini semua berdampak pada ekonomi Indonesia. Dalam 3-10 tahun lagi baru kelihatan."
Komoditas anjlok
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan neraca perdagangan menghadapi tekanan akibat pelemahan global.
Terlebih, ekspor komoditas mentah menjadi tumpuan kinerja perdagangan Indonesia.
"Dalam situasi seperti itu, ekspor tidak mudah ditingkatkan."
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia di awal 2016 menunjukkan kinerja positif.
Ada surplus US$50,6 juta selama Januari.
Kepala BPS Suryamin menyatakan surplus terjadi karena ekspor melampaui impor.
Ekspor Indonesia menyentuh angka US$10,50 miliar, sedangkan impor mencapai US$10,45 miliar.
"Ada penurunan nilai ekspor ketimbang tahun lalu karena anjloknya harga komoditas unggulan Indonesia di pasar internasional," ungkap Suryamin (Media Indonesia, 16/2).
Sementara itu, Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat untuk mengurangi ekspor karet sejak awal Maret dengan rencana total penundaan pengiriman sebesar 615.000 ton hingga 31 Agustus 2016.
"Pengurangan dari Thailand sebesar 324.000, Indonesia 238.000 ton, dan Malaysia 53.000 ton. Kami harap harga karet mencapai harga ideal sekitar US$1,90 per kilogram. Kini masih di kisaran US$1,30," ungkap Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Sumatra Utara Edy Irwansyah, Jumat (04/03). (Jay/Ant/X-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved