Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
PT Angkasa Pura II (persero) dan Lion Air Group bisa mengelola bersama Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Opsi itu bisa ditempuh meski Mahkamah Agung menolak pengajuan peninjauan kembali dari AP II terkait dengan penanganan operasional bandara oleh anak usaha Lion Group yakni PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS).
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo menyatakan selaku regulator pihaknya tidak mempermasalahkan putusan MA dan pengelola Bandara Halim.
"Putusan MA kita hormati. Persoalannya bukan pada kepemilikan," kata Sugihardjo di Jakarta, Jumat (04/03).
Namun, imbuhnya, kedua pihak harus bisa bersinergi agar tidak tum-pang-tindih dalam pengelolaan badara.
"Yang jadi hirauan kami bagaimana pemanfaatan bandara itu dilihat dari aspek ruang udara agar bisa sinergi," jelasnya.
Menurutnya, mengurus bandara bukan saja mengenai tanah, melainkan juga ruang udara yang dikuasai negara.
"Ruang udara itu dikuasai negara. Karena itu, harus ada pengaturan yang sinergi, tidak tumpang-tindih, yang pada akhirnya membahayakan keselamatan banyak orang," imbuhnya.
Pihak Lion Group juga memiiliki iktikad senada.
Mereka mengaku siap bekerja sama dan tidak akan mengambil alih Bandara Halim dari AP II.
"Lion Air Group akan bekerja sama dengan badan usaha bandar udara (BUBU) seperti Angkasa Pura II atau yang lainnya. Kami tidak ingin mengambil alih", ujar Edward Sirait, Presiden Direktur Lion Air Group, di kesempatan terpisah.
Edward menambahkan pihaknya ingin mengembangkan kapasitas bandara dan mengadakan perbaikan fasilitas, sarana pendukung, serta sarana penumpang.
"Kami juga menyediakan dana untuk investasinya," tukasnya.
Sebelumnya kerja sama pengelolaan itu diteken ATS dengan komposisi kepemilikan 80% Lion Group dan 20% Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau) dengan kontrak lahan berlaku 25 tahun dimulai sejak 2006.
Kontrak itu dapat diperpanjang dan jika kontrak habis, aset tersebut akan dikembalikan ke pemerintah atau TNI-AU.
Lion Group juga menggandeng PT Adhi Karya (persero) Tbk untuk mengembangkan Halim dengan memakan biaya Rp5 triliun.
Seharusnya, proyek itu ditargetkan kelar dalam 9 bulan sejak mulai direnovasi pada November 2014 sehingga dapat dioperasikan pada Juli atau Agustus 2015.
Sebagai investor
Saat dihubungi terpisah, Kepala Hubungan Masyarakat PT Angkasa Pura II Agus Haryadi menjamin kenyamanan pelayanan penumpang.
"Flight tetap berjalan, penumpang tetap dilayani," katanya di Jakarta, Jumat (04/03).
Namun, imbuhnya, untuk saat ini AP II tetap menjadi operator di Halim sebab untuk mengelola bandara seperti Halim diperlukan sertifikat.
"Kalaupun ATS, anak perusahaan Lion Group, yang menang, kalau tidak punya BUBU, tidak bisa mengoperasikan Bandara Halim," jelasnya.
Maka dari itu, kata Agus, pihaknya mengajak kerja sama pihak Lion Group dalam pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma.
"Ya kita kerja sama saja. Jadi pengelolaan Bandara Halim tetap Angkasa Pura II, Lion Group sebagai investor," tandasnya. (E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved