Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Hilirisasi Kunci Menarik Investasi Pascapandemi

Dro/S1-25
05/6/2020 06:02
Hilirisasi Kunci Menarik Investasi Pascapandemi
Menko Maritim Luhut Pandjaitan(Medcom.id/Desi Angriani )

PANDEMI covid-19 tidak hanya menghantam kesehatan dari masyarakat di suatu negara, tetapi juga memukul perekonomian negara tersebut. Ekonomi global pun terpukul hebat dan banyak negara berupaya untuk bangkit dari situasi itu, tak terkecuali Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan pun menyebutkan dalam diskusinya dengan Bank Dunia (World Bank) diperkirakan pemulihan ekonomi suatu negara akibat covid-19 baru dapat terjadi setelah lima tahun.

“Saya bicara dengan World Bank dampak dari pandemi Corona ini bisa sampai 5 tahun baru bisa pulih kembali income ataupun GDP suatu negara,” ujar Luhut dalam telekonfrence, pada Selasa (2/6).

Indonesia, menurut Luhut, cukup beruntung karena perekonomian tetap tumbuh di tengah pandemi covid-19, meski menurun sedikit dari sebelumnya.

Penurunan perekonomian Indonesia saat ini dipandang Luhut karena penurunan kinerja enam sektor kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I 2020. Keenam sektor yang dimaksud ialah perdagangan yang melambat 2,1%, pengolahan 1,6%, pertanian 0,0%, konstruksi 2,9%, pertambangan 0,4% dan transportasi 1,3%.

“Padahal, keenam sektor ini berkontribusi sebesar 69% dari total PDB Indonesia,” tutur Luhut.

Begitu juga untuk konsumsi dan investasi terdampak paling besar. Konsumsi pada triwulan I 2020 hanya 2,7% dengan periode yang sama
tahun lalu mencapai 5,3%. Padahal, kontribusi dua sektor itu terhadap PDB Indonesia mencapai 59,4%.

Investasi pun menurun dari sebelumnya 5% pada triwulan I 2019, kini hanya sebesar 1,7% pada periode yang sama. Luhut meyakini Indonesia masih memiliki prospek cerah untuk pemulihan ekonomi, khususnya dalam kaitan investasi.

Dalam berbagai kesempatan Luhut mengingatkan posisi Indonesia sangat menarik bagi investasi. Ia menegaskan pendekatan investasi nantinya pun akan fokus kepada nilai tambah dan tidak hanya sekedar ekspor bahan mentah.

Ia menyebutkan pembangunan industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi dan akan menjadi faktor penarik investasi di Indonesia ke depan. Dengan memberikan nilai tambah pada barang ekspor, Indonesia akan mengurangi ketergantungan akan harga komoditas global.

Luhut mencontohkan bahan tambang nikel dan cobalt yang merupakan bahan baku baterai litium. Kedua mineral tersebut nantinya akan menjadi sumberdaya energi bersih dunia ke depannya, khususnya terkait dengan mobil listrik.

Pengembangan baterai litium menjadi potensi besar menggunakan bahan mentah dari dalam negeri karena Indonesia kaya akan nikel dan cobalt.

“Dari studi McKinsey menyebutkan Filipina nomer dua setelah Indonesia untuk nikel ore, dan itu akan habis dalam dua tahun ke depan. Indonesia menjadi pilihan utama dan negara lain akan bergantung ke kita, tinggal bagaimana kita memainkan peran itu karena gendangnya ada di kita,” ungkap Luhut.

Untuk itu, Luhut menekankan pentingnya transfer teknologi untuk pengembangan baterai litium dengan menggandeng berbagai stakeholder dalam negeri untuk mendukung pengembangan teknologi tersebut.

Lebih lanjut, Luhut menerangkan hilirisasi nikel ini memberikan nilai tambah yang signifikan. Misalnya pada ekspor 2018 sebesar US$612 juta dan setelah diproses menjadi stainless steel slab memberikan nilai tambah hingga 10 kali lipat menjadi US$6,24 miliar.

Karena itu, ke depannya Indonesia tidak lagi hanya mendorong investasi yang sebatas mencangkul dan angkut namun harus ada nilai tambah.

“Kita harus bisa memprosuksi litium baterai karena kendaaan listrik dibutuhkan untuk mencapai Paris Agreement 2030. Kita bisa menjadi pemain global, kita sekarang jangan sok hebat tapi ga hebat,” uar Luhut.

“Kalau kita sudah bisa mengkontrol teknologi, bisa memprosesnya, dan punya raw material, kita bisa atur. Kita itu negara paling besar dalam
potensi renewal energy (energi terbarukan) dan ini jadi target dunia ke depannya,” pungkas Luhut. (Dro/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik