Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
APA Anda pernah merasa kewalahan dengan pekerjaan tiada henti?
Bahkan sampai merasa tidak waras?
Menurut penulis artikel Oliver Burkeman dalam www.theguardian.com yang dilansir pada Jumat (26/2), hal itu wajar dan ada beberapa cara untuk mengembalikan kesehatan pikiran.
Menurutnya, kesibukan kerja orang bisa menular.
Seperti pemandangan di pagi hari, saat orang-orang kesal bila cappucino yang tidak datang cepat atau kicauan dari rekan sejawat pukul 21.45 membawa kecemasan.
Rekreasi atau tidur yang cukup masih disarankan, tapi akhirnya itu hanya menjadi to-do list.
Padahal, waktu luang yang dimiliki manusia saat ini lebih banyak ketimbang masa lalu.
"Tahun lalu, sebuah survei menemukan ribuan orang dewasa di 28 negara sebagian besar tidak percaya tentang orang lain yang mengaku-aku sibuk. Tapi kita sendiri pun sering merasa tertekan untuk membesar-besarkan kesibukan kita sendiri," lanjut Burkeman.
Orang-orang sering merasa jumlah pekerjaan dan waktu kerja tidak sinkron.
Memang energi serta tekanan kesibukan tidak dapat diubah, tapi menjadi terlalu sibuk bisa membuat pikiran seseorang menjadi tidak waras.
Dalam kondisi itu, revolusi sangat diperlukan seperti yang dikatakan ekonom Thomas Sowell, "Tidak ada solusi; hanya ada trade-off."
Itu berarti tidak mungkin manusia melakukan semua pekerjaan dalam waktu yang sama.
Segala sesuatu yang mesti dikerjakan belum tentu berdampak besar.
Itu cara yang pertama, menerima kekalahan.
Kedua, menghormati ritme kehidupan kerja. Laiknya komputer, pekerjaan bisa dilakukan berjam-jam secara intens.
Namun, manusia berbeda. Dua jam intens pada saat fokus bisa lebih bermanfaat ketimbang bekerja 6 jam tanpa semangat.
Sebaiknya pekerja memiliki fleksibilitas dan mengatur waktunya agar hal-hal penting dapat dilakukan dengan efisien.
Hal selanjutnya, hindari merasa terbebani dengan aktivitas yang menyita waktu, seperti merasa terbebani dengan mesin kopi yang lama atau mesin cetak yang macet.
Keempat, memberi cadangan waktu kerja untuk diri sendiri.
Hukum Hofstadter, diciptakan oleh ilmuwan kognitif Douglas Hofstadter, menyatakan bahwa hal selalu memakan waktu lebih lama daripada yang dipikirkan.
Untuk itu, kita sebaiknya membuat daftar lima hal yang harus dikerjakan.
Pelatih produktivitas Mark Forster mengusulkan alternatif yang radikal, bukan dengan daftar terbuka, melainkan maksimal hanya lima item untuk diselesaikan.
Prioritas seperti itu akan mencegah komitmen berlebihan dan risiko melupakan hal yang lebih penting.
Hal terakhir yang penting, berhenti mengeluh.
Penulis esai Tim Kreider mengemukakan, "Hidupmu tidak mungkin konyol atau sepele atau berarti jika begitu sibuk. Tapi kenyataannya, semua membual mengenai kesibukan kita yang akhirnya membuat orang lain merasa cemas tidak bisa menyelesaikan pekerjaan."
Jadi jika tidak benar-benar sibuk, Anda tidak perlu mengeluh agar tidak menularkan kecemasan kepada orang lain. (Irene Harty/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved