Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BANYAK pihak bertanya-tanya bagaimana skema yang tepat untuk mengembangkan lapangan abadi Blok Masela. Kepala Unit Percepatan Proyek Abadi SKK Migas I Gde Ketut Budiarta mengatakan keputusan mengelola Blok Masela dengan menggunakan kilang gas alam cair (LNG) on shore maupun off shore bergantung pada persetujuan terhadap plan of development (POD) yang diajukan.
"Tentunya harus disetujuin dulu POD-nya, baru ketahuan pengelolaannya off shore atau on shore. Kemudian dilanjutkan dengan studi detil yang memakan waktu 1,5 tahun. Dari situ baru dipastikan final investment decision (FID) sekitar tahun 2018," jelas Ketut saat ditemui di Kantor INDEF, Senin (29/2).
Menurutnya, SKK Migas konsisten terhadap usulan yang telah diajukan kepada Kementerian ESDM yakni pengembangan berbasis off shore atau floating LNG. Kendati memiliki asumsi demikian, namun peluang pengembangan on shore juga terbuka lebar.
Pihaknya meyakini pemerintah akan memasukkan sejumlah parameter untuk menentukan nasib pengelolaan Blok Masela, misalnya fluktuasi harga LNG (Liquid Natural Gas), berikut aspek sosial ekonomi.
"Saya kira ini kan masih di-review lagi. Misalnya harga LNG turun sedikit atau investasinya naik sedikit, itu juga jadi pertimbangan pemerintah. Kemudian bagaimana peluang investasinya, apakah potensial bagi pemasukan negara dan sebagainya," ucapnya.
Ditanyai apakah sudah ada calon pembeli dari produksi gas yang akan dihasilkan Blok Masela, Ketut mengatakan belum mengalokasikan lantaran masih menunggu kepastian dari FID di tahun 2018. “Buyer (pembeli) serta MoUnya berapa besar dan dikirim ke mana, itu pada saat FID 2018. Yang jelas kita terbuka, yang penting semua bisa terserap. Kalau dalam negeri bisa serap 50 persen bagus juga untuk kita alokasikan,” tandas Ketut.
Inpex Corporation yang memiliki hak partsipasi (participating interest) sebesar 65 persen, menargetkan Blok Masela bisa mulai produksi pada 2024. Perkiraan tersebut dengan asumsi pengerjaan desain rinci (front end engineering design/FEED) dan Final Investment Decision (FID) pada 2018.
Dalam revisi POD 1 yang diajukan Inpex beserta mitranya, Shell Indonesia, blok tersebut ditargetkan memproduksi gas 1.200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan kondensat 24.460 barel per hari (BPH). Produksi gas inginnya diolah dalam kilang terapung (floating LNG) berkapasitas 7,5 ton per tahun. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved