Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PRESIDEN Joko Widodo menyambut baik laporan Bank Dunia, Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class, yang menyatakan 45% penduduk Indonesia atau 115 juta orang telah berhasil keluar dari garis kemiskinan.
Melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Fadjroel Rachman, Presiden Jokowi mengatakan pemerintah akan terus melakukan kebijakan efektif untuk mengurangi kemiskinan dan menumbuhkan kelas menengah. "Indonesia, menurut Bank Dunia, telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang sekarang berada di bawah 10% serta berhasil menumbuhkan kelas menengah menjadi 20% atau sekitar 52 juta orang," kata Fadjroel, kemarin.
Bank Dunia dalam laporan yang sama juga menyebut 115 juta penduduk yang keluar dari kemiskinan itu masih rentan masuk kembali ke jurang kemiskinan. Dalam mengantisipasi hal itu, Fadjroel mengatakan Presiden Jokowi memperhatikan rekomendasi Bank Dunia agar pemerintah mengadopsi kebijakan tepat.
Fadjroel menambahkan, kebijakan Presiden seperti omnibus law, penciptaan lapangan kerja, perpajakan, dan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur diharapkan mampu mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Sebelumnya, Acting World Bank Country Director for Indonesia, Rolande Price, kemarin, mengatakan 115 juta jiwa penduduk Indonesia atau 45% total populasi masuk kategori kelas menengah bawah. Mereka berpotensi naik kelas atau justru turun kelas kembali ke dalam kemiskinan.
Lead Economist World Bank, Vivi Alatas, menambahkan perlunya kontrak sosial antara pemerintah dan masyarakat di segmen menengah bawah untuk memberi peluang terjadinya kenaikan kelas.
Dalam menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia saat ini telah berada di jalur yang tepat dan terus mengupayakan perbaikan demi menekan tingkat kemiskinan. Hal itu dilalui dengan berbagai cara. Misalnya, fokus memperbaiki kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan yang sama. Dari sisi keuangan, upaya itu dapat dilihat dari alokasi anggaran negara untuk pendidikan.
Direktur Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial Bappenas, Pungky Sumadi, pun menuturkan rekomendasi Bank Dunia terkait dengan calon kelas menengah di Indonesia telah dilakukan pemerintah. (Dhk/Mir/X-6)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved