Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEBAKARAN hutan yang terjadi di Indonesia sejak Juni 2019 hingga Oktober 2019 telah mengakibatkan kerugian negara hingga 5,2 miliar dollar AS atau setara 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal itu diungkapkan Ekonom Utama Bank Dunia Frederico Gil Sanders yang merujuk pada laporan Bank Dunia di Energy Building, Jakarta, Rabu (11/12).
Kebakaran hutan yang menyelimuti hingga 8 provinsi itu telah memberikan dampak yang buruk bagi Indonesia. Selain perekonomian, Bank Dunia mencatat setidaknya lebih dari 900 ribu jiwa menderita sesak napas per September lantaran asap dari kebakaran hutan itu.
"12 bandara nasional terpaksa terganggu operasinya dan ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia dan Singapura harus diliburkan untuk sementara waktu," jelas Sanders.
Di rentang Januari hingga September 2019, sambungnya, diperkirakan lahan hutan seluas 620,021 hektare terbakar di 8 provinsi. Luas lahan yang terbakar tersebut setara 9 kali luas wilayah DKI Jakarta.
Baca juga : 76% Karhutla Terjadi pada Lahan Terlantar
Dalam laporan tersebut, Bank Dunia mengungkapkan dampak negatif dari kebakaran hutan itu amat dirasakan pada perekonomian negara. Salah satunya yakni di komoditas kayu yang seharusnya dapat dipanen atau dipasarkan dalam 2 hingga 5 tahun mendatang.
Kebakaran hutan yang terjadi sepanjang 2019 tersebut juga turut memiliki andil pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,9%.
Tak hanya itu, kebakaran hutan dan kabut asap yang kerap menyelimuti Indonesia dinilai juga akan menimbulkan perspektif negatif negara lain pada produk minyak kelapa sawit Indonesia.
"Dapat dilihat dari menurunnya permintaan sawit dari negara-negara Eropa selain karena mereka juga merencanakan untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar berbahan minyak kelapa sawit di 2030," demikian petikan laporan Bank Dunia itu. (OL-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved