Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
PEMERINTAH menyiapkan jurus baru guna menggaet minat para pengusaha luar negeri merelokasi pabrik mereka ke Indonesia akibat meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sebagaimana diketahui, pengusaha Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok lebih banyak melakukan relokasi pabrik ke Vietnam, Thailand, dan beberapa negara Asia lainnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukito mengatakan bahwa pihaknya dalam waktu dekat akan menerbitkan revisi Permendag Nomor 17 Tahun 2018 tentang tentang Ketentuan Impor Barang Modal dalam Keadaan tidak Baru (BMTB).
Ia menjelaskan, dengan adanya aturan anyar itu, perusahaan-perusahaan asing yang hendak merelokasi pabrik ke Indonesia tidak akan mengalami kesulitan dalam hal transfer barang modal atau mesin produksi.
"Kalau proses (membawa masuk) itu sulit, kemudian (mereka) disuruh beli mesin baru, biayanya besar sehingga mana ada yang mau investasi di sini," ujar Enggartiasto kepada Media Indonesia, kemarin.
Jika sudah memiliki izin investasi, lanjutnya, investor akan langsung bisa mengajukan permohonan izin impor barang modal tidak baru tersebut.
"Jadi, seperti itu. Harus dipercepat izinnya," tutur dia.
Enggartiasto menyebut revisi Permendag itu sudah disusun matang dan siap diterbitkan sebelum masa Kabinet Kerja berakhir.
Peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus, melihat hal tersebut sebagai langkah yang cukup baik. "Banyak faktor yang memengaruhi pilihan investor. Tapi yang pasti, mereka mencari daerah yang mudah dan menguntungkan," ujarnya.
Daya saing menurun
Langkah cepat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memudahkan investasi menjadi sebuah keharusan yang dilakukan saat ini.
Apalagi World Economic Forum (WEF) melansir bahwa indeks daya saing Indonesia melorot lima peringkat ke posisi 50 dalam indeks daya saing global. Singapura mampu menggeser Amerika Serikat di posisi teratas dari 141 negara.
Menurut laporan itu, skor daya saing Indonesia turun 0,3 poin menjadi 64,6. Secara umum, kinerja daya saing Indonesia tidak berubah alias stagnan.
Kekuatan utama Indonesia masih terletak pada ukuran pasar yang sangat besar (82,4) dan stabilitas makroekonomi (90). Selain itu, skor iklim usaha dan stabilitas sistem finansial masing-masing meningkat signifikan dalam satu tahun terakhir menjadi 69,6 dan 64.
Laporan itu juga mencatat Indonesia mengalami peningkatan untuk skor adopsi teknologi tinggi menjadi 55,4 meskipun masih tergolong rendah. Kapasitas inovasi juga terbatas (37,7) walaupun perlahan mulai meningkat.
Seperti dikutip dari laman resminya, dalam laporan WEF itu disebutkan, hanya negara yang menggunakan pendekatan holistik yang mampu menjawab tantangan sosial ekonomi sehingga dapat melesat dalam persaingan.
Salah satu contohnya ialah Vietnam. Posisi negeri sosialis itu melompat naik dari 77 ke urutan 67. (Deo/YP/E-1)
perluasan kesempatan kerja ke luar negeri amat penting. Namun, pendekatan pemerintah seharusnya lebih manusiawi dan berkeadilan.
Pelepasan ekspor ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ekonomi biru melalui integrasi digital, keberlanjutan, dan kolaborasi lintas sektor.
Jumlah ekspor gula kelapa kristal atau gula semut sebanyak 18,5 ton senilai US$35 ribu
MENTERI Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memantau harga dan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, (26/3).
KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) mendukung peningkatan volume dan nilai ekspor produk sarang burung walet Indonesia ke Tiongkok.
Kemendag mengimbau para pelaku usaha pengemas (repacker) minyak goreng Minyakita untuk mematuhi ketentuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved