Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Sinyal dan Listrik Jadi Persoalan Laku Pandai

Mirza Andreas
27/7/2019 19:59
Sinyal dan Listrik Jadi Persoalan Laku Pandai
Aktivitas di Kantor Pusat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Gedung Soemitro Djojohadikusumo, Jakarta.(MI/RAMDANI)

TERBATASNYA jumlah menara penerima sinyal telekomunikasi <i>(Base Transceiver Station/BTS) dan suplai listrik membuat sebaran agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) jadi tidak merata di Tanah Air. Padahal, tujuan program Laku Pandai sejak diluncurkan pada 2015 ialah untuk memberi akses perbankan kepada masyarakat di pelosok daerah terpencil, khususnya luar Jawa.

"Syarat utama Laku Pandai adalah transaksi yang <i>real time. Bagaimana mau <i>real time kalau sinyal susah dan jaringan listrik belum ada," ujar Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohammad Miftah dalam Pelatihan dan Gathering Media Massa di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (26/7) malam.

Baca juga: Penyaluran Kredit Mikro lewat Laku Pandai masih Minim

Dari data yang dimiliki OJK, per Juni 2019, jumlah agen Laku Pandai sudah mencapai 1.123.098 orang. Jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan saat Laku Pandai baru diperkenalkan pada Juni 2015 yakni 3.734 orang. Namun dari jumlah yang sebanyak itu, sebaran agen Laku Pandai masih terpusat di Pulau Jawa.

“Sangat timpang, 65% agen Laku Pandai ada di Pulau Jawa,” ujarnya.

Alhasil, pemilik rekening Laku Pandai pun terpusat di Pulau Jawa. Dari 24.226.083 pembukaan rekening bank lewat agen Laku Pandai se-Indonesia, 68% adalah warga yang tinggal di Pulau Jawa.

Padahal, akses warga di Pulau Jawa terhadap perbankan terbilang mudah dengan mudah didapatinya kantor-kantor bank, termasuk anjungan tunai mandiri (ATM), hingga pelosok.

Sementara program Laku Pandai, program yang dibesut OJK sejak 2015, lebih ditujukan ke kelompok masyarakat di kawasan terpencil yang sulit mengakses kantor bank dan ATM. Lewat program itu, bank didorong memperbanyak dan menyebar agen-agen mereka hingga pelosok.

“Tapi bank terkendala oleh keterbatasan infrastruktur yang bukan menjadi ranahnya, yakni listrik dan sinyal telekomunikasi. BTS sebagian besar berada di Pulau Jawa (55,48%) dan Sumatra (21,93%),” ungkap Miftah.

Selain suplai listrik dan sinyal telekomunikasi, pemerataan sebaran agen Laku Pandai juga terkendala  ketersediaan infrastruktur jalan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Karena bagaimana pun juga, agen bank dan bank itu sendiri tetap harus bertemu muka secara fisik secara berkala, misalnya saja saat agen Laku Pandai harus menyetorkan uang tabungan nasabah ke bank. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik