Jakarta Harus Bisa Goda Wisatawan dengan MICE

Ferdian Ananda Majni
16/7/2019 21:03
Jakarta Harus Bisa Goda Wisatawan dengan MICE
Salah satu acara pameran di Jakarta Convention Center, Senayan.(MI)

SEBAGAI pintu gerbang Indonesia, industri pariwisata di Jakarta perlu didukung oleh sektor lainnya yang berkaitan langsung dengan sektor pariwisata tersebut. Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI Jakarta menilai wisata  pengembangan wisata meetings, inventive, convention, and exibhition (MICE) atau disebut juga pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran  bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan pariwisata dan menjadi destinasi wisata khusus (special interest tourism) di Ibu Kota Jakarta.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo mengatakan sektor pariwisata sejatinya dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi DKI Jakarta. Itu sebabnya MICE harus dikembangkan secara optimal.

"Jakarta masih menjadi pusat kegiatan perekonomian selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan negara Republik Indonesia,” kata Hamid di pertemuan Media Gathering di Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (16/7)

Menurutnya, dari sisi pengeluaran, perekonomian Jakarta masih didominasi oleh domestic demand, terutama konsumsi rumah tangga. Sementara itu, mesin pertumbuhan ekonomi yang bersifat produktif dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan adalah investasi dan ekspor. Sedangkan Dari sisi ekspor, penopang utama ekspor Jakarta adalah ekspor jasa.

Menurutnya, Jakarta sebenarnya memiliki beberapa faktor yang bisa mendorong potensi wisata MICE. Di antaranya, Jakarta memiliki empat lokasi utama yang dapat menunjang wisata MICE.

"Artinya, terdapat potensi besar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara,” ujarnya.

Guna menunjang wisata MICE terdapat empat lokasi utama yang dapat dimanfaatkan, pertama, Jakarta Convention Center seluas 15.615 meter persegi dengan kapasitas 16.650 orang. Kemudian, Jakarta International Expo seluas 35.487 meter persegi kapasitas 67.000 orang. Grand Sahid Jaya 5.380 meter kapasitas 6.580 orang, dan Bidakara dengan luas 2.800 meter dan kapasitas hingga 4.440 orang.

Dia meyakini  penyelenggaraan MICE di Jakarta merupakan faktor potensial untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta. Apalagi ibu kota memiliki infrastuktur yang cukup memadai dan akses yang mudah. Bahkan peningkatan jumlah kegiatan MICE di Jakarta dari 652 kegiatan pada 2017, naik menjadi 892 kegiatan pada 2018.

"Menariknya wisata bisnis walaupun tidak sebanyak yang leisure jumlah wisatawannya, tetapi punya tingkat belanja lebih tinggi tiga sampai lima kali lipat,” paparnya.

Sebaliknya peringkat MICE di Jakarta selama lima tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data yang diperoleh peringkat MICE di Jakarta ada dalam posisi 94 pada 2013, kemudian pada 2014 menurun menjadi peringkat 130.

Selanjutnya ke peringkat 168 pada 2015, pada 20016 berada di peringkat 178 dan terperosok ke peringkat 216 di tahun 2017.

Menurutnya, salah satu kendala yang dialami yakni kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan. Pasalnya, kondisi itu hampir dirasakan banyak pihak untuk mengembangkan sektor pariwisata secara keseluruhan.

“Kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan menjadikan peringkat Kota Jakarta rendah di antara kota-kota penyelenggara MICE lainnya,” lanjutnya.

Menurut data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jakarta mencapai 2,8 juta 2018. Angka itu naik 5,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI 2017-2022, pertumbuhan kunjungan wisatawan setiap tahunnya ditargetkan sebanyak 5 persen.

Dari data itu diketahui bahwa wisman paling besar dengan tujuan berbisnis. Jumlahnya mencapai 53 persen. Sedangkan sisanya, 47 persen, wisman dengan tujuan wisata leisure (meluangkan waktu untuk berwisata).

Sementara itu, Kepala Tim Advisory dan Keuangan BI DKI Jalarta, M Cahyaningtyas menyebut sektor pertumbuhan ekonomi Jakarta banyak ditopang oleh jasa. “Ekspor jasa didalamnya ada pariwisata,” katanya. (Fer/A-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya