Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Kondisi Politik dan Ekonomi Positif Tarik Investor ke Indonesia

Fetry Wuryasti
11/7/2019 14:35
Kondisi Politik dan Ekonomi Positif Tarik Investor ke Indonesia
Ivan Jaya (kanan).(ANTARA FOTO/Audy Alwi)

PASAR saham Indonesia rebound sepanjang bulan Juni 2019, sementara obligasi Indonesia juga kembali rebound. Bank Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan investasi utama karena potensi imbal hasilnya yang lebih menarik dibandingkan reksa dana lainnya.

Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth, Ivan Jaya, mengatakan investor global masih melihat emerging market terutama Indonesia sebagai tujuan investasi, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak gugatan sengketa Pemilihan Presiden 2019-2024, yang menjadikan drama Pemilihan Umum Indonesia 2019 telah berakhir, dengan kondisi politik yang tetap terjaga.

Baca juga: Gopay Masih Lebih Perkasa dari Ovo Di Segmen Milenial

Terjaganya kondisi politik ini, kata Ivan, merupakan sentimen yang positif untuk kembali mengundang dana asing kembali masuk ke pasar investasi Indonesia. Di sisi lain, koalisi pemerintahan akan tetap solid merupakan nilai tambah, yang memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Fundamental yang kuat juga diperkuat dengan keputusan S&P, sebagai lembaga peringkat hutang internasional, menaikkan peringkat hutang Indonesia satu tingkat ke “BBB” dan outlook stabil di akhir bulan Mei lalu.

Lebih lanjut kata dia, sesuai dengan misi Presiden Joko Widodo, pada periode keduanya ini pembangunan masih akan berlanjut dengan berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, struktur ekonomi mandiri, dan pembangunan yang merata.

Melihat hal tersebut, Bank Commonwealth merekomendasikan reksa dana untuk menjadi pilihan pertama untuk investasi khususnya reksa dana saham atau reksa dana pendapatan tetap tergantung dari profil risiko dan jangka waktu investasi.

“Hingga akhir tahun 2019 kami masih lebih positif di kelas aset saham, dengan pertimbangan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menjadi salah satu alasan dana asing kembali masuk ke Indonesia, sebagai negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi lebih baik dibandingkan dengan negara maju," ujar  Ivan, melalui rilis yang diterima, Kamis (11/7).

Selain itu, faktor penting lainnya adalah dengan terpilihnya presiden baru, maka umumnya akan ada misi pembangunan baru yang juga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

"Sehingga untuk Anda dengan profil risiko growth masih dapat mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio,” jelas Ivan.

Pilihan investasi yang menarik untuk dilakukan saat ini adalah Sucorinvest Equity Fund yang telah didistribusikan oleh Bank Commonwealth sejak bulan lalu. Ivan menjelaskan, nasabah Bank Commonwealth menyukai produk dengan catatan kinerja yang baik. Reksa dana saham secara historikal masih memberikan imbal hasil yang tertinggi dalam jangka panjang dibandingkan dengan reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap serta reksa dana campuran.

"Oleh karena itu, kami memutuskan memulai kerja sama dalam mendistribusikan reksa dana di bawah kelolaan Sucorinvest Asset Management yaitu Sucorinvest Equity Fund di mana secara kinerja produk ini memberikan imbal hasil sebesar 79,27% dalam 3 tahun terakhir, sementara tolok ukur IHSG memberikan imbal hasil sebesar 26,75% (data per Juni 2019),” jelas Ivan.

Untuk melengkapi reksa dana saham Sucor, Bank Commonwealth juga mendistribusikan reksa dana Sucorinvest Money Market Fund, reksa dana pasar uang dengan dana kelolaan Rp2,35 triliun (data per akhir Juni 2019).

Di antara kedua reksa dana tersebut dapat dilakukan switching dan hal ini dapat mendukung nasabah mereka yang ingin melakukan rebalancing agar hasil investasinya lebih optimal lagi.

Baca juga: Produk Manufaktur Masih Berkontribusi Besar terhadap Ekspor

Adapun, di bulan Juli ini, Ivan menegaskan, investor akan fokus pada tiga hal yakni perundingan lanjutan antara AS dan Tiongkok terkait perang dagang, laporan keuangan kuartal-II 2019, yang menurut jadwal akan keluar di pertengahan Juli 2019 hingga pertengahan Agustus 2019, dan pertemuan bank sentral terkait penentuan suku bunga.

Rencananya, Bank Indonesia akan bertemu di tanggal 18 Juli dan The Fed dijadwalkan bertemu di akhir Juli. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya