Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
HARGA gabah di berbagai sentra produksi terus merosot di tengah puncak panen raya. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, harga hasil pertanian itu turun hingga Rp3.500 per kilogram (kg).
Hal serupa terjadi di Indramayu, Jawa Tengah, Jombang, Jawa Timur, dan sentra-sentra padi lainnya. Padahal, pada pertengahan Maret, harga gabah masih menyentuh Rp4.500-Rp5.000 per kg.
Ketika harga terperosok tajam seperti saat ini, seharusnya Perum Bulog menjadi instansi yang menyelamatkan petani dari kerugian.
Yang menjadi persoalan, saat ini, Bulog seperti tidak memiliki kemauan untuk melakukan serapan hasil produksi petani. Hal ini jelas mengecewakan petani.
Ketua Kelompok Tani Lingko Bake asal Lombok, Sabri Amin, mengatakan, dua tahun lalu, pihaknya masih melakukan kerja sama pengadaan gabah dengan perseroan. Namun, setelah itu kemitraan terputus dan hasil gabah para petani tidak lagi diserap Bulog.
"Ketika masih pimpinan (Bulog) yang dulu, Bulog ada MoU dengan kami. Tapi sekarang tidak ada. Hilang ceritanya ini serap gabah, dulu kan menggema-gema," ujar Sabri Amin kepada Media Indonesia, kemarin.
Di Indramayu, Kepala Dinas Pertanian setempat Takmid menganggap serapan gabah Bulog selama ini masih sangat minim, yakni berkisar 200 ribu ton per tahun. Padahal, produksi di kabupaten mencapai 1,7 juta ton.
"Seharusnya 50% bisa diserap Bulog. Itu minimal," ujarnya.
Kadar air tinggi
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan serapan beras saat ini masih rendah karena banyak gabah-gabah yang dipanen dalam keadaan sangat basah atau terendam. Hal itu membuat kualitas komoditas tersebut menjadi jelek dan tidak masuk dalam kriteria serapan perseroan.
Dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras, disebutkan bahwa gabah yang bisa dibeli Bulog dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.070 per kilogram (kg) dengan fleksibilitas 10% menjadi Rp4.040 per kg ialah yang memiliki kadar air maksimal 14%, derajat sosoh 95%, dan butir patah 20%.
"Kalau yang kami lihat di lapang an, banyak harga gabah yang jatuh sampai di bawah Rp4.000 itu karena terendam, kadar airnya tinggi. Maka dari itu, kami bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani, penggilingan-penggilingan padi yang punya pe-ngering," ujar Tri.
Ia optimistis, dalam beberapa pekan ke depan, total serapan beras Bulog akan terus bertumbuh. Per 4 April, serapan Bulog baru menyentuh 100 ribu ton atau 7% dari target 1,5 juta ton. Saat ini serapan Bulog telah mencapai 10 ribu ton per hari.
Ketua Umum Perpadi Soetarto Alimoeso mengatakan, jika memang Bulog kesulitan melakukan serapan gabah, pemerintah daerah (pemda) setempat harus bisa membantu.
Skema tersebut telah diterapkan di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta dengan Pasar Induk Beras Cipinang serta di Kulonprogo, Yogyakarta.
"Kita memang tidak bisa bergantung selamanya kepada Bulog. Ketika ini terjadi, pemerintah daerah bisa membantu melalui BUMD mereka," tandasnya. (E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved