Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Go-Jek, Status Decacorn dan Refleksi Perekonomian RI

Andhika Prasetyo/E-1
06/4/2019 00:30
Go-Jek, Status Decacorn dan Refleksi Perekonomian RI
Belanja sayur mayur dengan Go-Pay.(ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

GO-JEK menjadi perusahaan berbasis digital atau financial technology (fintech) pertama asal Indonesia yang menyandang status decacorn.

Menurut laporan lembaga riset CB Insights dalam The Global Unicorn Club, valuasi Go-Jek sudah menembus angka US$10 miliar, atau setara Rp141 triliun dan menduduki peringkat ke-19 secara global.

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic dan International Studies (CSIS) Deni Friawan mengungkapkan hal tersebut merupakan gambaran positif yang merefleksikan kondisi perekonomian di Indonesia.

Dengan dinobatkan menjadi decacorn, artinya Go-Jek memiliki nilai yang sangat luar biasa. Para investor meyakini perusahaan itu memiliki potensi dan prospek yang begitu cerah di masa depan.

"Semua kepercayaan itu tentu datang karena berbagai faktor, yang utamanya adalah kondisi perekonomian di Indonesia. Dengan berinvestasi dalam jumlah besar, para penanam modal percaya bahwa Indonesia akan terus bertumbuh menjadi negara besar dengan tingkat perekonomian yang positif," ujar Deni, kemarin.

Tidak mungkin, lanjutnya, sebuah perusahaan bisa berkembang dengan baik di tengah situasi negara yang tidak mempunyai pertumbuhan ekonomi yang bagus.

"Kalau mereka percaya kepada perusahaan di sini, artinya mereka percaya kepada Indonesia," sambungnya.

Selain itu, beralihnya Go-Jek dari unicorn menjadi decacorn juga mencerminkan pergerakan ekonomi digital di Indonesia akan semakin berkembang di masa mendatang.

"Kita punya infrastruktur yang mumpuni dengan total penduduk yang juga begitu besar. Sumber daya manusia kita juga bisa mengimbangi perkembangan digitalisasi dunia. Itu semua yang membuat kita akan banyak dilirik para investor," ucapnya.

Bukan tidak mungkin, dalam beberapa waktu ke depan, perusahaan-perusahaan platform digital lain, seperti Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak juga akan menyusul prestasi Go-Jek saat ini.

Mengenai gurihnya pasar Indonesia juga telah dirasakan oleh fintech asal Malaysia, Grab. Pasar Indonesia menjadi kontributor utama perkembangan startup ride hailing itu.

Pada 2020, Indonesia bertekad menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pada akhir 2015, nilai bisnis e-commerce Tanah Air diprediksi US$18 miliar. Pada 2020, volumenya diprediksi akan melonjak jadi US$130 miliar. (Andhika Prasetyo/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya