Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Lion Air Tunda Pemesanan 222 Boeing

Denny Parsaulian Sinaga
13/3/2019 06:50
Lion Air Tunda Pemesanan 222 Boeing
(Wikipedia)

MANAJEMEN Lion Air Group melakukan negosiasi ulang pemesanan 222 unit Boeing 737 Max dari berbagai model senilai US$22 miliar atau setara Rp308 triliun (kurs 14.000 per dolar AS) dengan Boeing Corporation hingga 2035.

Lion akan menukar ratusan Boeing 737 Max 8, 9, dan 10 tersebut dengan varian lain, tetapi belum menemukan titik temu dengan pabrikan pesawat Amerika Serikat tersebut.

Tidak bisa dimungkiri negosiasi ulang itu terkait juga dengan kecelakaan dua Boeing 737 Max 8 di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018, dan Addis Ababa, Ethiopia, pada 10 Maret 2019. Dua tragedi mengenaskan yang terpaut lima bulan itu menewaskan ratusan penumpang dan awak pesawat.

"Pasti (akan ada renegosiasi). Kami sedang berdiskusi dengan mereka. Nilai US$22 miliar itu yang di-suspend. Kami sedang diskusi dengan Boeing meneruskan atau tidak," kata Managing Director Lion Air Group, Daniel Putut, dalam acara Indonesia Aviation Training & Education Conference 2019 di Jakarta, kemarin.

"Kami baru schedule, baru sampai statement menunda dulu kedatangan Max. Empat Boeing 737 Max 8 yang dijadwalkan tiba Mei ditunda," lanjut Daniel.

Kendati demikian, Putut mengakui pelarangan terbang dan kedatangan pesawat tidak mengganggu operasional Lion Air. "Rute internasional diganti pesawat stand by. Boeing 737 Max 8 untuk penerbangan ke Tiongkok dan umrah. Untuk Timur Tengah diganti pesawat wide body. Kami memesan banyak Boeing karena efisiensi bahan bakar yang mencapai 11%."

CEO Boeing Dennis Muillenberg menegaskan, setelah dua kecelakaan 737 Max 8 sejak Oktober 2018, dia tetap berkeyakinan akan keamanan dan keselamatan pesawat terlaris dari produsen asal AS tersebut.

"Kami yakin dengan keselamatan 737 Max. Sejak sertifikasi dan masuk ke layanan, Max telah menyelesaikan ratusan ribu penerbangan dengan aman," ungkap Muillenberg.

Sepekan
Hingga kemarin, sejumlah negara, yakni Tiongkok, Indonesia, Australia, Singapura, Cayman Island, Argentina, Meksiko, dan Norwegia, ramai-ramai mengandangkan Boeing 737 Max 8. Langkah itu pun diikuti sejumlah maskapai seperti American Airlines, Southwest Airlines, dan FlyDubai.

Pengecekan terhadap 11 Boeing 737 Max 8 milik Lion Air dan Garuda Indonesia sudah dimulai sejak kemarin dan berlangsung selama sepekan. Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pihaknya bersikap konservatif, tetapi optimistis.

"Konservatif artinya tidak menerbangkan dulu sampai ada pemeriksaan dan klarifikasi. Optimistis, kita bisa me-nerbangkan kembali tergantung case-nya. Grounded tidak mengganggu layanan penerbangan."

Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan menambahkan kelanjutan larangan terbang bagi Boeing 737 Max 8 juga tergantung hasil pengecekan di negara lain. "Kalau kita tidak menemukan sesuatu, tetapi di negara lain ditemukan, ya kita tidak mau ambil risiko. Kita harus melihat sisi keamanan. Itu prioritas."

Sementara itu, pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai larangan terbang sementara Boeing 737 Max 8 sudah tepat. "Masyarakat resah. Setelah sepekan bisa di-review lagi. Tapi kalau masalahnya sama,  yakni sistem MCAS (maneuvering characteristics augmentation system), ya Boeing harus melakukan perbaik-an." (Tes/Pra/Sat/LN/LD/OL/RF/Ant/CNN/X-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya