Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
MASYARAKAT Biohidrokarbon Indonesia (MBI) menargetkan pada 2025 sebanyak 30% produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia dapat masuk ke sektor energi di dalam negeri. Saat ini, serapan yang terealisasi baru sebesar 8%.
Sebagaimana diketahui, pemerintah tengah mendorong penggunaan bahan bakar solar dengan bauran minyak kelapa sawit. Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negeri.
Baca juga: Infrastruktur Penting untuk Geoekonomi
Sebagian besar penjualan CPO, yakni mencapai 78%, ditujukan untuk mancanegara. Hanya 22% yang digunakan untuk keperluan dalam negeri. Itu membuat harga CPO Indonesia sangat rentan mengalami fluktuasi. Ketika permintaan dari pasar global berkurang, harga akan mengalami penurunan drastis sehingga menimbulkan dampak buruk kepada para petani sawit.
"Tren ini harus diubah. Kita harus mulai mandiri. Stok ditujukan untuk penuhi pasar sendiri. Tidak lagi bergantung pada ekspor," ujar Ketua Umum MBI Sahat Sinaga di Jakarta, Rabu (6/3).
Ia memproyeksikan, dalam beberapa tahun ke depan, porsi serapan CPO untuk dalam negeri bisa mencapai 60% dan untuk ekspor hanya 40%. "Jika itu terjadi, kita akan menjadi pemimpin di dunia. Kita produsen terbesar, penyerap terbesar dan kita yang akan menentukan harga, bukan Malaysia atau Rotterdam," tegasnya.
Ia melihat, dalam beberapa bulan terakhir, tren serapan CPO untuk keperluan biofuel terus menanjak.
Baca juga: Menkeu: RI Hadapi Tantangan dari Negara Berpenghasilan Menengah
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), pada Januari 2019, minyak sawit yang tersalur untuk biofuel mencapai 552 ribu ton. Angka itu lebih tinggi raihan Desember 2018 yang hanya mencapai 507 ribu ton.
Ketika hasil CPO akan diprioritaskan untuk keperluan nasional, volume dan nilai ekspor tentu akan berkurang. Sahat memandang itu tidak akan berdampak buruk pada pendapatan devisa negara. Pasalnya, di sisi lain, pemerintah bisa memangkas impor solar sehingga devisa yang keluar juga dapat ditekan. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved