Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

RUPTL Cerminkan Komitmen Bauran Energi

Cahya Mulyana
20/2/2019 18:53
RUPTL Cerminkan Komitmen Bauran Energi
(ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pertumbuhan energi baru terbarukan dengan memberikan keleluasaan pembangunan proyeknya tanpa harus menunggu perubahan Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero). Dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, pembangkit listrik dari energi hijau ditargetkan bertambah 1.8 MW menjadi 16.714 MW.

"RUPTL tahun lalu tambahan pembangkit EBT 14.9 MW dan kita perbarui 16.7 MW atau naik kira-kira 1.8 MW. Ini dalam keputusan pemerintah disebutkan bahwa ini mulai sekarang dan ke depan EBT itu tidak perlukan lagi perencanaan di RUPTL, jadi bisa langsung inisiatif langsung, tergantung kebutuhan dan sistem jaringan setempat," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan saat menyampaikan RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (20/2).

Baca juga: Transaksi E-Commerce di Indonesia Masih Perlu Ditingkatkan

Menurut dia, pengesahan RUPTL ini berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 39 K/20/MEM/2019, tanggal 20 Februari 2019. Dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, penambahan infrastruktur ketenagalistrikan yang direncanakan dibangun sampai dengan tahun 2028 meliputi pembangkit tenaga listrik sebesar 56.395 MW, jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms, gardu induk sebesar 124.341 MVA, jaringan distribusi sepanjang 472.795 kms, dan gardu distribusi sebesar 33.730 MVA.

Melalui RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, lanjut dia, Kementerian ESDM telah menginstruksikan kepada PLN agar terus mendorong pengembangan energi terbarukan dan target penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan sebesar 16.714 MW.

"Jadi kita dorong terutama EBT supaya bisa lebih cepat, karena ada UU yang mewajibkan bahwa 23% dari bauran energi itu harus dari EBT di 2025," katanya.

Selain itu, Jonan mengatakan bauran energi hijau harus lebih cepat karena dalam RUPTL tersebut porsi BBM untuk kebutuhan pembangkit listrik dipangkas lebih dari 4.5% menjadi 0.4% pada 2025. Itu pun hanya untuk daerah perdesaan dan kawasan terdepan, tertinggal, dan terluar.

"Pembangkit diesel ditargetkan menyentuh 0.4 % dari yang ada sekarang. Kira kira masih 4-5%. Penting sekali bahwa PLTG PLN diganti dengan BBN tentunya tidak termasuk BBM,"jelasnya.

Baca juga: Revitalisasi Pasar untuk Angkat Kesejahteraan Pedagang

Menurut Jonan, beberapa proyek pembangkit juga mengalami perubahan lingkup atau kapasitas dan pergeseran tanggal operasi komersial atau commercial operation date (COD). Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan pertumbuhan listrik serta meningkatkan keandalan sistem dan pertumbuhan konsumsi listrik. "Proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata 6 hingga 7 atau tepatnya 6,42%," lanjut Jonan.

Selain itu, Jonan juga mendorong penerapan teknologi clean coal technology (CCT) dan bauran energi dari gas 22%."Target bauran energi setelah 2025, itu batubara 54.6%, EBT 23%, terus gas 22% dan BBM 0.4%,"pungkasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya