Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
MENTERI Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan bahwa kelapa sawit adalah produk perkebunan yang paling produktif menghasilkan minyak nabati dibandingkan komoditas minyak nabati lainnya. Hal itu sebagaimana studi yang dilakukan satuan tugas kelapa sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN).
"Untuk produksi 1 ton minyak nabati, kelapa sawit hanya memerlukan 0,26 hektare lahan. Di pihak lain, 1 ton minyak nabati ini memerlukan tanah 1,43 hektare lahan minyak bunga matahari, bahkan minyak kacang kedelai memerlukan 2 hektare lahan. Jadi, diperlukan lahan 8-9 kali lipat lebih luas untuk tanaman lainnya menghasilkan 1 ton minyak nabati," kata Darmin dalam konferensi pers tentang rakor kelapa sawit dan keanekaragaman hayati, di Jakarta, Senin (4/2).
Baca juga: Menko Luhut Minta Airbus Produksi Komponen Pesawat di Indonesia
Untuk diketahui, Satgas Kelapa Sawit IUCN telah merampungkan analisis obyektif tentang dampak kelapa sawit terhadap keanekaragaman hayati secara global dan menawarkan solusi untuk pelestarian lingkungan.
Hasil studi menyimpulkan bahwa komoditas minyak nabati lainnya membutuhkan lahan sembilan kali lebih besar dibandingkan kelapa sawit. Dengan begitu, mengganti komoditas kelapa sawit dengan komoditas minyak nabati lainnya akan membutuhkan lahan lebih luas untuk memproduksi minyak nabati.
"Saya kira studi ini suatu permulaan yang bagus untuk kemudian melahirkan pemahaman yang lebih baik dari berbagai pihak yang dewasa ini ada upaya untuk melakukan kampanye-kampanye yang tidak benar atau tidak seluruhnya benar," kata Darmin.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Pembangunan 1,25 Juta Rumah di 2019
Studi tersebut, sambung Darmin, adalah suatu langkah yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Ia memprediksi studi lanjutan tersebut akan berlangsung sekitar 1 tahun lebih.
"Kita berupaya lanjutan studi ini berjalan sehingga bisa dicapai kesepahaman yang positif antara berbagau negara di dunia dalam persoalan khususnya kelapa sawit dan aspek-aspek lingkungan," ucap Darmin. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved