Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
BURSA Efek Indonesia (BEI) optimistis tahun ini bisa menghasilkan lebih banyak perusahaan yang melantai di pasar modal. Hal itu tidak lepas dari terjaganya stabilitas ekonomi Indonesia sehingga berdampak positif bagi pasar modal.
“Kami harapkan (IPO/penawaran saham perdana) lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2018, ada 57 perusahaan (listing/emiten baru). Harapan 2019, bisa lebih dari itu sebab potensinya masih besar,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat pembukaan awal tahun 2019 perdagangan pasar modal di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1).
Menurut Inarno, dalam pipeline, sudah ada sekitar 12 perusahaan yang siap melantai di pasar modal.
“Kalau tak salah, bisa lebih dari 40-an emiten tahun ini (akan melantai di pasar modal). Kuncinya sosialisasi dan edukasi, serta bekerja sama dengan stakeholder seperti underwriter, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN,” tutur dia.
Ia juga yakin stabilitas ekonomi Indonesia saat ini akan turut mengerek positif pertumbuhan jumlah investor di pasar modal yang saat ini telah mencapai 1,6 juta investor pada akhir 2018 atau naik lebih dari 40% jika dibandingkan dengan di 2017.
“Terjaganya keyakinan investasi selanjutnya berdampak positif bagi peningkatan likuiditas. Ini tecermin dari lonjakan nilai transaksi perdagangan 2018, bahkan mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah pasar modal,” ujar Inarno.
Ia menjelaskan pencapaian rata-rata transaksi harian pada 2018 ialah sebanyak 380 ribu frekuensi per hari, tertinggi di Asean setelah bursa saham di Thailand.
Seluruh pencapaian itu, diakui Inarno, diikuti dengan berbagai program strategis sepanjang 2018. Di antara-nya, kegiatan pembaruan infrastruktur perdagangan bursa efek, efisiensi waktu penyelesaian transaksi efek dari T+3 hari menjadi T+2 hari, serta penetapan notasi khusus sebagai bentuk perlindungan untuk kalangan investor.
“Terbukti setelah implementasi T+2, transaksi harian bisa jauh lebih tinggi secara nominal daripada sebelumnya. Dulu T+3 mencapai Rp8 triliun susah, tapi sekarang setelah T+2 mencapai Rp8,5 triliun itu mudah,” terang Inarno.
Perbanyak produk
Inarno menambahkan ke depan beberapa inovasi akan dijalankan, yaitu electronic bookbuilding, Indonesia Government Bonds Future (IGBF/tahap II), berbagai produk hedging/derivatif, serta produk derivatif lain seperti stock future, index future, dan structured warrants.
Pada 2019, BEI sebagai penyedia perdagangan efek juga berusaha untuk transparan, wajar, dan efisien. Terhadap tekanan eksternal, BEI berusaha memperbanyak produk dan memperkuat basis permintaan dan investornya. “Sehingga bagaimana kita ini bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri,” pungkas Inarno.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menambahkan, sampai akhir 2018, industri pasar modal Indonesia masih mencatatkan kinerja yang cukup baik.
Meskipun ditutup dengan mengalami koreksi 2,54% ke level 6.194,50, imbuh Wimboh, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencatatkan sebagai yang terbaik di kawasan ASEAN. Nilai aset bersih reksadana juga meningkat 10,47%, yakni mencapai Rp505,39 triliun.
“Kemudian, penghimpun-an dana di pasar modal juga masih relatif tinggi. Hal itu tecermin dari nilai emisi Rp166 triliun, dengan jumlah 57 emiten yang merupakan rekor tertinggi,” tutup Wimboh. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved