Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Bursa Ingin Lampaui Rekor Emiten Baru 2018

Bursa Ingin Lampaui Rekor Emiten Baru 2018
03/1/2019 02:45
Bursa Ingin Lampaui Rekor Emiten Baru 2018
(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

BURSA Efek ­Indonesia (BEI) ­optimistis tahun ini bisa menghasilkan lebih banyak perusahaan yang melantai di pasar modal. Hal itu tidak lepas dari terjaganya stabilitas ekonomi Indonesia sehingga berdampak positif bagi pasar modal.

“Kami harapkan (IPO/pe­­nawaran saham perdana) lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2018, ada 57 perusahaan (listing/emiten baru). Harap­an 2019, bisa lebih dari itu sebab potensinya masih besar,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat pembukaan awal tahun 2019 perdagangan pa­sar modal di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1).

Menurut Inarno, dalam pi­pe­line, sudah ada sekitar 12 perusahaan yang siap melantai di pasar modal.

“Kalau tak salah, bisa lebih dari 40-an emiten tahun ini (akan melantai di pasar modal). Kuncinya sosialisasi dan edukasi, serta bekerja sama dengan stakeholder seperti underwriter, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ­Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN,” tutur dia.

Ia juga yakin stabi­litas ekonomi Indonesia saat ini akan turut mengerek po­sitif pertumbuhan jumlah investor di pasar modal yang saat ini telah mencapai 1,6 ju­ta investor pada akhir 2018 atau naik lebih dari 40% jika dibandingkan dengan di 2017.

“Terjaganya keyakinan investasi selanjutnya berdampak positif bagi peningkatan likuiditas. Ini tecermin dari lonjakan nilai transaksi perdagangan 2018, bahkan mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah pasar mo­dal,” ujar Inarno.

Ia menjelaskan pencapaian rata-rata transaksi harian pa­da 2018 ialah sebanyak 380 ribu frekuensi per hari, ter­tinggi di Asean setelah bur­sa saham di Thailand.

Seluruh pencapaian itu, diakui Inarno, diikuti dengan berbagai program strategis sepanjang 2018. Di antara-nya, kegiatan pembaruan infrastruktur perdagangan bursa efek, efisiensi waktu penyelesaian transaksi efek dari T+3 hari menjadi T+2 hari, serta penetapan notasi khusus sebagai bentuk perlindungan untuk kalangan investor.

“Terbukti setelah imple­men­tasi T+2, transaksi harian bisa jauh lebih tinggi secara nominal daripada sebelumnya. Dulu T+3 mencapai Rp8 triliun susah, tapi sekarang setelah T+2 mencapai Rp8,5 triliun itu mudah,” terang Inar­no.

Perbanyak produk
Inarno menambahkan ke de­pan beberapa inovasi akan dijalankan, yaitu electro­nic bookbuilding, Indonesia Government Bonds Future (IGBF/tahap II), berbagai produk hedging/derivatif, ser­ta produk derivatif lain seperti stock future, index future, dan structured warrants.

Pada 2019, BEI sebagai pe­nyedia perdagangan efek juga berusaha untuk transpa­ran, wajar, dan efisien. Terha­dap tekanan eksternal, BEI berusaha memperbanyak produk dan memperkuat ba­sis permintaan dan investornya. “Sehingga bagaimana kita ini bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri,” pungkas Inarno.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menam­bahkan, sampai akhir 2018, industri pasar modal Indone­sia masih mencatatkan kinerja yang cukup baik.

Meskipun ditu­tup dengan mengalami koreksi 2,54% ke level 6.194,50, imbuh Wimboh, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencatatkan sebagai yang terbaik di kawasan ASEAN. Nilai aset bersih reksadana juga meningkat 10,47%, yakni mencapai Rp505,39 triliun.

“Kemudian, penghimpun-an dana di pasar modal juga ma­sih relatif tinggi. Hal itu  te­cermin dari nilai emisi Rp166 triliun, dengan jumlah 57 emiten yang merupakan rekor tertinggi,” tutup Wimboh. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya