Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
NILAI tukar rupiah dan bursa saham diprediksi membaik pada 2019. Hal itu didorong sejumlah faktor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi nilai tukar rupiah di awal 2019 akan mengikuti tren positif di bursa saham. Menurutnya, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.300-14.450 per dolar AS.
Selain itu, sambungnya, pembukaan perdagangan IHSG 2019 pun berpotensi bullish (naik) di rentang 6.260-6.300. Hal itu terjadi karena sejumlah faktor. “Dari faktor eksternal, ada optimisme Amerika Serikat dan Tiongkok meredakan tensi perang dagang setelah Donald Trump menelepon Xi Jinping,” katanya kepada Media Indonesia, kemarin. Selain itu, Partai Demokrat di DPR AS berniat untuk mengakhiri shutdown pemerintah AS.
Sementara itu, sambung Bhima, dari dalam negeri, ada proyeksi inflasi 2018 yang cukup rendah di bawah target 3,5%. “Prediksi inflasi berkisar 2,9%-3,1% yoy. Inflasi yang rendah menjadi daya tarik investor di saat yield surat berharga tinggi,” katanya.
Tak hanya itu, sinyal positif datang dari APBN yang mencatat penerimaan negara 100% dari target dan defisit di bawah 2,19%. “Modal asing juga berpotensi masuk ke pasar surat utang setelah yield treasury bond 10 tahun menurun dari 2,98% menjadi 2,69% dalam sebulan terakhir sementara yield SBN cukup tinggi 8,1%. Investor mengincar yield spread yang melebar. Ini bagus bagi supply valas dalam negeri,” ujar Bhima.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adriyanto mengatakan pemerintah akan terus melakukan penguatan kebijakan fiskal untuk menjaga nilai tukar rupiah pada 2019. Kebijakan yang dimaksud antara lain menggenjot ekspor dan mengatur impor.
Saat ini, katanya, pemerintah terus fokus dalam mendorong produk ekspor unggulan dan perluasan negara tujuan ekspor. “Kita sudah bisa ekspor gerbong kereta ke Bangladesh. Itu menunjukkan industri dalam negeri punya kapasitas. Potensi negara Afrika dan Asia Barat masih besar, itu yang perlu diintensifkan, yaitu pemasaran produk Indonesia,” ujarnya, Selasa (1/1).
Sejak beberapa tahun terakhir, kata Adriyanto, pemerintah juga terus mendorong industri manufaktur. “Kalau lihat insentif tax holiday, sebagian besar untuk industri pengolahan hulu yang memang diarahkan untuk mendukung supply industri hilir. Ini juga upaya untuk mengurangi impor bahan baku industri hilir sehingga dapat memperbaiki current account kita.”
Selain nilai tukar, indeks harga saham gabungan (IHSG) pun menunjukkan tren positif. Pengamat pasar modal Aria Santoso mengatakan pada indeks ada potensi bullish pada awal 2019, dalam arti di kuartal pertama.
Dia melihat prospek pasar modal Indonesia masih bagus secara jangka panjang karena masih banyak perusahaan yang akan masuk listing. Selain itu, pasar modal telah berkembang dengan banyak pembenahan yang akan dilakukan berkesinambungan oleh regulator bursa. “Peluang IHSG menembus 7.000 masih ada. Namun, sementara ini kita targetkan 6.800 untuk di 2019,” ujarnya. (Try/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved