Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEPALA Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengamati Kementerian Keuangan sepertinya sangat konsisten menjaga realisasi anggaran.
"Kemarin kami dengar, penerimaan perpajakan masih ada gap, tapi bisa ditutup oleh penerimaan non pajak (PNBP), sehingga total penerimaan lebih besar dari target," ujar Anton Gunawan dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2019, di Jakarta, Rabu (12/12).
Pemerintah terbantu dengan harga minyak mentah Indonesian Crude Price (ICP) pada US$45 per barel dan posisi rupiah Rp13.400 per dolar AS, sehingga ada peningkatan penerimaan.
Dia melihat, defisit anggaran tahun ini tidak mencapai 2,12% di APBN, bisa lebih kecil di 2018 , mungkin sekitar 1,8-1,9%. Karena dari sisi belanja modal yang agak melambat.
"Tapi prudennce dijaga dan menjaga defisit fiskal primer menjadi surplus nantinya di 2019. Itu kelihatannya akan dilakukan pemerintah, sehingga dijaga defisit lebih kecil. Ini juga dalam rangka untuk menjaga risiko terhadap instrumen finansial yang dikeluarkan pemerintah,"
Sikap Bank Indonesia juga selalu pre-emtive, front loading, dan ahead of the curve, mereka lihat dengan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate (FFR) masih akan naik lagi 2019, dioerkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga BI 7 Days Repo Reverse Rate dua kali lagi, menjadi 6,5%.
Tapi kalau di AS naiknya hanya 1-2 kali, bisa saja BI 7DRRR naiknya tidak sampai dua kali, terutama sekali untuk menahan arus keluar dan lebih menarik aliran modal masuk, sehingga bisa amankan neraca pembayaran.
"Berbagai kebijakan lain yang dilakukan BI kelihatannya bisa cukup menjaga stabilitas pasar keuangan. Responsnya cukup bagus,"
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah sampak kenaikan suku bunga kebijakan, misalnya deposit rate dan landing rate, itu bagian dari proses normalisasi dari yang relatif rendah, sehingga dampaknya bukan menghambat pertumbuhan kredit yang mereka perkirakan tumbuh 10,2-10,5% di 2019.
"Tahun 2018 loan growth naik karena valasnya beralih ke rupiah. Sektor perbankan relatif baik, dari sisi capital dan lainnya. Kami lihat dari sisi eksposur luar negeri juga masih relatif kecil, begitu juga eksposur ke valas. Tapi ada dari sisi kredit yang tumbuh lebih tinggi daripada DPK, ini setidaknya kasih sinyal ada pengetatan di likuiditas,"
Maka ke depan masih perlu diwaspadai karena tingkat bunga deposito masih lebih tinggi dari kredit. Kredit pada bank BUKU 1 dan 3 masih akan meningkat, tapi depositonya cenderung turun. Meski yoy (tahunan) kredit tumbuh hampir 13% (sampai September), namun year to date di 8%. Pada DPK secara yoy tumbuh 7-8% namun sejak awal tahun tumbuhnya hanya 3%.(A-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved