Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Pemerintah Perlu Roadshow untuk Undang Investor

Teguh Nirwahyudi
20/9/2015 00:00
 Pemerintah Perlu Roadshow untuk Undang Investor
(ANTARA/Yudhi Mahatma)
ATAS pertimbangan melambatnya ekonomi global, Federal Reserve System (the Fed) akhirnya memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tetap di kisaran 0 sampai 0,25 persen (17/9). Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat itu berdampak pada penguatan tipis nilai tukar rupiah sebesar 2 point menjadi Rp. 14.457, di mana sebelumnya tercatat Rp. 14.459 untuk 1 US dollar. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,31 persen atau 13,84 poin ke level 4.392 pada perdagangan akhir pekan ini.

The Fed masih membuka segala kemungkinan, termasuk putusan menaikkan suku bunga pada medio Oktober dan Desember. Banyak pengamat berspekulasi bahwa keputusan ini akan berdampak positif pada pasar dalam jangka pendek.

Mencermati perkembangan itu, anggota Komisi XI DPR Donny Imam Priambodo menyebut bahwa saat ini fundamen ekonomi kita masih bagus, tapi ketersediaan dolar di pasar domestik terhitung rendah. Dampak lebih signifikan terhadap pasar domestik mungkin akan terjadi pada keputusan The Fed berikutnya.

“Nah kalau The Fed sudah memutuskan suku bunga naik, ekonomi akan sudah mulai seatle dengan sendirinya. Memang itu yang ditunggu-tunggu,” tutur anggota DPR dari Dapil Jateng III ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro menyebut aksi profit taking (ambil untung) akan marak dilakukan para pelaku keuangan dalam beberapa waktu ke depan, sembari menunggu putusan The Fed terbaru.

Donny melihat ketidakpastian the fed yang terus menunda-nunda keputusan menaikkan suku bunga, semakin meningkatkan volatilitas pasar. Para pelaku pasar makin khawatir terhadap keputusan yang akan diambil, sehingga pelemahan global terus terjadi. Donny berharap the fed segera memutuskan, biar arah perekonomian lebih jelas.

“Dengan dinaikannnya suku bunga, otomatis investor akan melihat kondisi yang stabil, serta mendapatkan margin lebih tinggi,” tuturnya.

Saat ini, Indonesia masih bertumpu pada kepemilikan saham dari investor, yang sebagian besar berasal dari penanaman modal asing. Jenis ini memiliki volatilitas relatif tinggi, jika dibandingkan modal fix, seperti dalam bentuk pabrik dan sebagainya yang tak bisa serta-merta ditarik oleh investor.

Donny juga mengimbau Bank Indonesia lebih berhati-hati melakukan intervensi, karena kebutuhan orang untuk menukar dolar cukup tinggi, baik untuk transaksi produktif atau untuk disimpan. Sebagai pertimbangan, bisa ditengok kembali beberapa saat lalu, di mana BI menggelontorkan sekitar US$ 8 miliar dan nilai rupiah tetap anjlok.

Terakhir, yang tak kalah penting, yaitu pemerintah harus menarik investor dari luar. Untuk keperluan itu, Donny menekankan bahwa pemerintah harus roadshow ke negara-negara yang berpotensi menjadi mitra investasi. Kunjungan Jokowi ke Timur Tengah layak diapresiasi, tapi itu belum cukup, dan harus diikuti dengan kunjungan-kunjungan ke negara lain. Dalam hal ini, Donny agak menyayangkan keputusan Presiden yang tidak menghadiri pertemuan PBB.

Paket kebijakan ekonomi pertama Presiden yang diluncurkan beberapa hari lalu, dalam hemat Donny sudah cukup bagus, maka perlu turunan langkah-langkah yang lebih spesifik. “Paket kebijakan yang dilakukan pemerintah sudah bagus, tetapi jangan terlalu makro,” tutup Donny. (RO/Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya